"Oke Bunda, Abang ikut." Akhirnya bocah berwajah ganteng itu bersuara sambil mengacungkan jempol kanan dan tersenyum tipis.Â
Lagi-lagi mirip sekali dengan mendiang ayahnya. Kadang Aisyah merasa rindu pada almarhum suaminya terobati tiap kali melihat Fatih tersenyum. Mereka benar-benar mirip.Â
Aisyah lega. Misi pertamanya tercapai. Ia sudah berhasil membuat skenario seolah ini semua hanya permainan sehingga ketiga anaknya antusias mau berjualan.Â
"Baik, kalau gitu, silakan kalian tentukan mau jualan apa, supaya Bunda bisa segera siapkan," lanjut Aisyah.Â
"Aku mau jualan cilok, Bun. Cilok bikinan Bunda enak banget. Aku yakin bakal laku kalau dijual." Farah paling duluan menentukan pilihan.Â
"Aku mau jualan brownies aja. Brownies bikinan bunda juga enak." Firza juga terlihat yakin. Â
Lagi-lagi Fatih yang tidak segera menjawab.Â
"Fatih gimana? Mau jualan apa?" Kembali Aisyah harus memancing. Ia agak khawatir, jangan-jangan Fatih sebenarnya paham bahwa ini akal-akalannya saja.Â
"Mmmm ... Fatih ikut Farah aja, jualan cilok. Teman-teman Fatih dulu pernah nyicipi cilok buatan Bunda, mereka suka."Â
Aisyah lega mendengar jawaban itu.Â
Baik, permainan ini akan kita mulai besok. Tapi ingat, tiap permainan ada syaratnya, begitu pula permainan ini.Â