Malam semakin larut. Tapi siang tak pernah lagi hadir dalam membranku ketika kau, membisikiku setangkai sunyi.
“Kau punya jalanmu sendiri kini. Hilangkan semua obsesiku padamu dan usah lagi kau jadikan aku bayang dan anganmu. Aku ikhlas… Semua telah menjadi milikmu kini, dirimu, masa depanmu, juga sikap dan keputusanmu. Sekali lagi aku memohon, tolong bebaskan aku… Juga jangan pernah biarkan diriku menjadi mimpi burukmu. Kumohon…”
Malam ini aku merangkai kelam. Rembulan kupatri hingga abu.
***
Hitam. Gelap. Kabut pekat bayang-bayang.
“Matanya pasti seperti matamu, berkelopak berat dan agak turun. Juga alisnya yang tebal dan menyatu.”