Mohon tunggu...
Ahmad Maulana S
Ahmad Maulana S Mohon Tunggu... Founding partner di Lembaga Pendidikan dan Sosial Kemasyarakatan -

Founding partner di Lembaga Pendidikan dan Sosial Kemasyarakatan // Penikmat kutak-katik kata yang gemar mengembara dari satu bait ke larik yang lainnya // Cuma seseorang yang ingin menjadi tua tanpa rasa bosan, setelah sebelumnya beranak-pinak seperti marmut atau cecurut // Salam hangat persahabatan...^_

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Dia Bilang, Dia Sedang Mencari Tuhan

25 Juni 2015   19:18 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:36 762
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

 

Adzan dzuhur baru saja usai ketika aku tiba di Arofah, setelah menempuh perjalanan selama dua jam. Keraguan masih saja rapat. Masih saja erat menyelimutiku.

 

Perlahan kubuka gerbang dan salam terucap pelan dari sela bibirku yang kelu. Satu kali, dua kali, baru pada kali yang ketiga salamku terjawab. Dan daun pintu yang terkuak serta merta melahirkan dirimu.

 

Sesaat lamanya waktu tak beranjak. Diam. Sunyi. Sebuah kediaman yang mengusir paksa segala ragu yang kupunya.

 

Alangkah mustahilnya aku bisa menyakiti wajah polos itu, wajah yang semua ucapannya selalu menemaniku dalam menapaki kerasnya hidup, wajah yang selalu menjadi landasan utamaku dalam menyelaraskan setiap langkah. Juga betapa tak masuk akal, melukai hati yang juga hatiku. Milik tubuh mungil yang setiap keinginannya adalah anugerah dan kehormatan bagiku untuk mewujudkannya. Dan sungguh, aku tak akan pernah bisa bertega hati, pun sekedar memberi beban pikiran –sekecil apapun- pada gadis yang telah lama menjelma langit bagiku, menjelma mimpi. Pada gadis yang selalu menjelma bidadari mungil dalam setiap relung khayalku. Pada gadis ini, yang senyum di bibirnya adalah matahari buatku, yang setiap tetes yang mengalir dalam tangisnya adalah butiran-butiran meteor yang menerjang tubuhku hingga lantak tak berdaya. Alangkah mustahilnya…

 

“Selamat ulang tahun,” bisikku pelan, menyembunyikan ketenangan dan kegelisahan sekaligus. “Semoga panjang umur. Maaf aku tak pernah memberimu hadiah yang berarti. Juga hari ini. Tak ada puisi, tak ada bunga padi ataupun karya seni bernilai tinggi.”

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun