“Terima kasih atas hadiah istimewa ini. Sekali lagi kau buktikan bahwa kau… adalah sosok terbaik yang pernah kukenal, yang pernah kumiliki…”
Ketika aku sadar, kutemukan diriku di dalam kereta Jabodetabek yang penuh manusia. Kuseka peluh yang mengalir, beristighfar dan mengatur nafasku yang memburu. Aku berharap semua cuma mimpi, yang tak pernah benar-benar terjadi. Ternyata benar, aku hanya bermimpi. Mimpi buruk di siang hari bulan April hari ke-14, dalam sebuah kereta menuju rumah.
Tetapi kemudian aku kecewa ketika sadar bahwa mimpi yang baru saja kualami tadi, adalah sebuah kenyataan yang pernah terjadi, dua tahun yang lalu.
Aku mendesah lirih, nyeri.
Dia bilang, dia sedang mencari Tuhan.