“Kamu cuma mengada-ada,” ucapmu lagi. “Paling juga kalau kita ‘tidur’ lagi, semua jadi beres kembali.“
Aku terkejut. Sesuatu yang panas dan mendidih merayapi dadaku secara tiba-tiba.
“Tak sepantasnya kau berkata seperti itu...!!!” ucapku dengan kalimat yang sarat dengan uap kemarahan.
“Tapi itu adalah kenyataan!” ucapmu tegas.
“Kenyataan bagi pikiranmu yang terlalu naïf…!” desisku nyeri.
***
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!