Mohon tunggu...
Ahmad Faizal Abidin
Ahmad Faizal Abidin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Sebagai seorang mahasiswa yang selalu berusaha memberikan hal-hal bermanfaat untuk semua orang, saya senang berbagi ide dan inspirasi dalam berbagai bentuk. Mulai dari artikel mendalam, opini yang membuka wawasan, puisi yang penuh makna, hingga cerpen yang menghibur dan humor yang segar. Setiap karya yang saya hasilkan bertujuan untuk memberi nilai tambah, memperkaya pengetahuan, dan menghadirkan senyuman di tengah rutinitas sehari-hari. Melalui tulisan, saya berharap bisa membangun jembatan pemahaman dan mendorong kreativitas, baik untuk diri sendiri maupun orang lain.

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Semangkuk Kebahagiaan: Cerita di Balik Bubur Hangat

11 Oktober 2024   13:29 Diperbarui: 11 Oktober 2024   13:29 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tradisi memasak juk di Korea memiliki akar yang dalam dalam sejarah dan budaya masyarakatnya. Meskipun resepnya baru tertulis secara resmi pada zaman Dinasti Joseon (1397-1910), praktik membuat dan menyajikan juk telah ada jauh sebelumnya dan mencerminkan nilai-nilai budaya, kesehatan, serta kepercayaan masyarakat Korea. Berikut adalah penjelasan lebih lanjut mengenai tradisi ini:

1. Sejarah dan Tradisi

a. Zaman Dinasti Joseon

Pada masa Dinasti Joseon, juk dianggap sebagai makanan yang penuh makna. Juk disajikan kepada orang tua sebagai tanda penghormatan, terutama di pagi hari. Ini mencerminkan rasa hormat yang tinggi terhadap orang tua dan nenek moyang, yang merupakan nilai inti dalam budaya Korea. Dalam masyarakat, baik di istana maupun di kalangan rakyat biasa, juk menjadi simbol kehangatan dan kasih sayang dalam keluarga.

b. Penyajian untuk Orang Tua

Penyajian juk untuk orang tua merupakan praktik yang umum di banyak budaya sebagai cara untuk menunjukkan penghormatan dan perhatian. Di Korea, memberi makan orang tua dengan makanan sehat seperti juk adalah cara untuk mendukung kesehatan mereka, serta menunjukkan cinta dan pengabdian.

2. Juk pada Musim Dingin dan Hari Dongji

a. Musim Dingin dan Dongji

Musim dingin di Korea bisa sangat keras, dan tradisi memasak juk menjadi cara untuk menghangatkan tubuh. Pada hari dongji, yang merupakan titik balik musim dingin, orang Korea memiliki kebiasaan memasak juk dengan menambahkan kacang merah. Kacang merah ini tidak hanya memberikan rasa yang lezat, tetapi juga mengandung makna simbolis.

b. Makna Simbolis Kacang Merah

Kacang merah seringkali diasosiasikan dengan kemampuan untuk mengusir roh jahat. Warna merah diyakini memiliki kekuatan magis untuk melindungi orang-orang dari kejahatan dan kesialan. Oleh karena itu, memasak juk dengan kacang merah pada hari dongji menjadi bagian dari tradisi yang melambangkan harapan untuk kesehatan dan perlindungan dari arwah jahat.

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun