Dengan penalaran ini, pencarian batu filosof diperkenalkan dalam alkimia Barat. Jabir juga mengembangkan numerologi yang rumit, yakni huruf-akar dari nama sebuah zat dalam Bahasa Arab, jika ditransformasi, akan berkaitan dengan sifat fisika unsur tersebut.
3. Pengaruh Alkimia Tiongkok dan Hindu
Sekarang sudah umum diterima bahwa alkimia Tiongkok memengaruhi alkimiawan Arab, meskipun sejauh apa pengaruh itu masih diperdebatkan. Demikian pula, ilmu Hindu diasimilasi ke dalam alkimia Islam. Namun, besarnya dan pengaruhnya tidak banyak diketahui secara mendetail.
Alkimia di dunia Islam merupakan kelanjutan dan pengembangan dari tradisi alkimia yang telah ada sebelumnya, dengan kontribusi besar dari para ilmuwan Muslim yang tidak hanya melestarikan tetapi juga memperluas pengetahuan alkimia. Integrasi elemen-elemen dari berbagai tradisi, termasuk Yunani, Mesir, Tiongkok, dan Hindu, menciptakan sebuah tradisi alkimia yang kaya dan kompleks, yang berpengaruh besar terhadap perkembangan ilmu kimia dan alkimia di dunia Barat pada masa berikutnya.
J. Alkimia di Eropa Zaman Pertengahan
Karena eratnya hubungan dengan kebudayaan Yunani dan Romawi, alkimia diterima dengan mudah oleh filsafat Kristen. Para alkimiawan Eropa Zaman Pertengahan mengembangkan dan memperluas pengetahuan alkimia Islam. Salah satu tokoh yang pertama membawa ilmu pengetahuan Islam ke Eropa dari Spanyol adalah Gerbert dari Aurillac, yang kemudian menjadi Paus Silvester II (meninggal 1003). Tokoh-tokoh berikutnya seperti Adelard dari Bath, yang hidup pada abad ke-12, juga menambahkan pengetahuan dari Timur Tengah ke dalam tradisi Eropa. Namun, hingga abad ke-13, gerakan ini bersifat asimilatif.
1. Pengaruh Agustinus dan Anselm
Pada periode ini, terdapat penyimpangan dari prinsip Augustinian yang dianut oleh pemikir Kristen awal. Saint Anselm (1033--1109), seorang pengikut St. Benedict, percaya bahwa keyakinan atau iman harus mendahului rasionalisme, namun Anselm juga berpendapat bahwa iman dan rasionalisme sesuai dan saling melengkapi. Pandangannya mempersiapkan ledakan filsafat yang kemudian terjadi. Saint Abelard, seorang murid Anselm, meletakkan dasar untuk penerimaan pemikiran Aristotelian sebelum karya-karya Aristoteles mencapai dunia Barat. Abelard juga menyusun analisis kontradiksi filsafat, dan meyakini bahwa alam semesta Platonis tidak memiliki eksistensi terpisah di luar kesadaran manusia.
 2. Grosseteste dan Pemikiran Aristotelian
Robert Grosseteste (1170--1253) adalah perintis teori ilmiah yang menggunakan metode analisis Abelard serta menambahkan penggunaan pengamatan, eksperimentasi, dan penyimpulan dalam evaluasi ilmiah. Grosseteste juga banyak menjembatani pemikiran Platonis dan Aristotelian. Albertus Magnus (1193--1280) dan Thomas Aquinas (1225--1274) adalah pengikut Dominican yang mempelajari Aristoteles dan berusaha mendamaikan filsafat dengan agama Kristen. Aquinas banyak menyumbangkan karya dalam pengembangan metode ilmiah dan menyatakan bahwa alam semesta bisa diketahui melalui pemikiran logis, bertentangan dengan keyakinan Platonis yang mengandalkan ilham ketuhanan.
3. Roger Bacon dan Eksperimen Ilmiah