"Sebenar-benarnya, seyakin-yakinnya, dan tanpa keraguan, apa-apa yang di bawah itu sama dengan apa-apa yang di atas, dan apa-apa yang di atas sama dengan apa-apa yang di bawah, untuk menciptakan mukjizat satu hal".
Keyakinan makrokosmos-mikrokosmos ini menjadi inti bagi filsafat hermetis, di mana tubuh manusia (mikrokosm) dipengaruhi oleh dunia luar (makrokosm), termasuk langit melalui astrologi dan bumi melalui unsur-unsurnya.
Alkimia di Kekaisaran Romawi mencerminkan perpaduan antara pengetahuan Yunani dan Mesir, yang kemudian berkembang menjadi tradisi Hermetisisme. Meskipun agama Kristen membawa arus pemikiran yang menentang eksperimen dan filsafat eksperimental, tradisi alkimia tetap hidup melalui praktik-praktik rahasia dan simbolisme esoteris. Hermetisisme ini menjadi dasar bagi pengembangan alkimia di Eropa pada masa-masa berikutnya, meskipun banyak pengetahuan asli yang hilang seiring berjalannya waktu.
I. Alkimia di Era Islam
Setelah runtuhnya Kekaisaran Romawi, fokus perkembangan alkimia berpindah ke Timur Tengah. Dunia Islam menjadi pusat peleburan dan pengembangan alkimia, serta pengetahuan dari berbagai tradisi, termasuk Yunani, Mesir, dan India, yang diserap dan dikembangkan lebih lanjut.
1. Dokumentasi dan Pengaruh Yunani-Mesir
Yang diketahui tentang alkimia Islam jauh lebih banyak karena dokumentasinya lebih baik. Banyak tulisan-tulisan yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Arab, sehingga pengetahuan alkimia dapat dilestarikan dan disebarluaskan. Pemikiran Platonis dan Aristotelian, yang sudah sedikit-banyak disisihkan menjadi ilmu hermetis, terus diasimilasi dalam tradisi alkimia Islam.
2. Kontribusi Ilmuwan Islam
Alkimiawan Islam seperti Abu Bakar Muhammad bin Zakariya al-Razi (dikenal sebagai Rhazes dalam Bahasa Latin) memberikan sumbangan besar dalam ilmu kimia. Beberapa penemuan penting yang berasal dari al-Razi meliputi teknik penyulingan (kata alembic dan alkohol berasal dari Bahasa Arab), asam klorida, asam sulfat, dan asam nitrat. Selain itu, istilah al-natrun dan alkali, yang kemudian membentuk nama untuk unsur natrium dan kalium, juga berasal dari bahasa Arab. Penemuan aqua regia, campuran asam nitrat dan asam klorida yang dapat melarutkan logam mulia emas, menginspirasi imajinasi para alkimiawan selama berabad-abad.
3. Jabir bin Hayyan
Salah satu tokoh paling berpengaruh dalam alkimia Islam adalah Jabir bin Hayyan (Â dalam Bahasa Arab, Geberus dalam Bahasa Latin, Geber dalam Bahasa Inggris). Tujuan utama Jabir adalah takwin, yaitu penciptaan buatan makhluk hidup dalam laboratorium alkimia, hingga dan termasuk manusia. Ia menganalisis setiap unsur Aristotelian, yaitu panas, dingin, kering, dan lembap. Menurut Jabir, dalam setiap logam, dua sifat ini berada di dalam dan dua berada di luar. Misalnya, timah itu dingin dan kering di luar, sedangkan emas itu panas dan lembap. Maka, Jabir berteori bahwa dengan mengatur ulang sifat-sifat sebuah logam, bisa dihasilkan logam lain.