Alkimia Barat memiliki sejarah yang lebih kompleks dan pusatnya berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain. Alkimia Barat dimulai di Mesir Kuno, kemudian berkembang di Yunani dan Roma Kuno, lalu diteruskan oleh dunia Islam pada Abad Pertengahan, dan akhirnya kembali ke Eropa selama Renaisans. Berbeda dengan alkimia Tiongkok, alkimia Barat mengembangkan sistem filsafatnya sendiri yang hanya sedikit berkaitan dengan agama-agama besar Barat seperti Kristen, Yahudi, dan Islam.
Di Mesir Kuno, alkimia dikenal sebagai "Khemia", yang diambil dari kata "Khem" yang berarti "tanah hitam", merujuk pada tanah subur di sekitar Sungai Nil. Alkimia Mesir terutama berfokus pada proses mumifikasi dan pengawetan jenazah, serta transformasi zat-zat alamiah.
Di Yunani dan Roma Kuno, alkimia mendapat pengaruh dari filsafat Yunani, terutama teori empat elemen yang diajukan oleh Empedokles dan konsep materi oleh Aristoteles. Para alkimiawan Yunani berusaha menemukan "batu filsuf" yang dipercaya dapat mengubah logam biasa menjadi emas dan memberikan keabadian.
Pada Abad Pertengahan, alkimia dibawa ke dunia Islam melalui penaklukan dan perdagangan. Para ilmuwan Muslim seperti Jabir ibn Hayyan (dikenal di Barat sebagai Geber) mengembangkan teknik-teknik baru dalam distilasi dan sublimasi, serta menyempurnakan teori-teori alkimia yang sudah ada. Karya-karya mereka kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dan dibawa ke Eropa.
Di Eropa, alkimia mencapai puncaknya pada periode Renaisans. Alkimiawan seperti Paracelsus dan Isaac Newton melakukan eksperimen-eksperimen yang menggabungkan aspek kimia, fisika, dan mistisisme. Mereka juga mencoba mencari "batu filsuf" dan "panacea universal". Namun, seiring perkembangan metode ilmiah dan ilmu kimia modern pada abad ke-17 dan ke-18, alkimia mulai ditinggalkan dan dianggap sebagai ilmu semu.
3. Hubungan antara Alkimia Tiongkok dan Barat
Masih menjadi pertanyaan apakah kedua benang utama alkimia ini memiliki asal usul yang sama atau sejauh mana mereka saling memengaruhi. Meskipun ada beberapa kesamaan dalam tujuan dan simbolisme, tidak ada bukti konkret yang menunjukkan adanya hubungan langsung antara alkimia Tiongkok dan alkimia Barat pada tahap-tahap awal perkembangan mereka. Kedua tradisi ini tampaknya berkembang secara independen dan hanya sedikit bercampur satu sama lain.
Sejarah alkimia adalah cerita yang kompleks dan panjang, yang mencakup berbagai tradisi filsafat dan praktik yang berbeda-beda di berbagai belahan dunia. Meskipun alkimia sering kali dianggap sebagai ilmu semu pada masa kini, upaya dan pencapaian para alkimiawan di masa lalu telah memberikan kontribusi yang signifikan terhadap perkembangan ilmu kimia dan pengetahuan manusia secara umum.
C. Alkimia dan Astrologi
Alkimia di dunia Barat, serta di tempat-tempat lain yang mempraktikkannya, memiliki kaitan erat dan keterkaitan dengan astrologi bergaya Yunani-Babilonia tradisional. Dalam banyak hal, alkimia dan astrologi dibangun untuk saling melengkapi dalam pencarian pengetahuan gaib. Secara tradisional, setiap tujuh planet dalam tata surya yang dikenal pada masa itu bertalian dengan, menguasai, dan mengatur logam tertentu.