Keruntuhan alkimia Barat mencerminkan pergeseran besar dalam cara pandang manusia terhadap ilmu pengetahuan dan dunia material. Dengan kemunculan metode ilmiah yang lebih tepat dan kuantitatif, serta penemuan-penemuan revolusioner dalam kimia dan kedokteran, alkimia kehilangan relevansinya dan akhirnya digantikan oleh disiplin ilmu yang lebih empiris dan terstruktur. Proses ini menandai berakhirnya era panjang di mana alkimia memegang peran penting dalam pemikiran ilmiah dan filosofis Barat.
M. Alkimia dalam Sastra
Dalam dunia sastra, alkimia sering kali menjadi subjek yang digunakan untuk berbagai tujuan, termasuk kritik, olok-olok, dan penggambaran metaforis. Beberapa karya sastra terkenal mengeksplorasi tema alkimia baik dengan mengkritiknya maupun dengan mengangkatnya sebagai elemen penting dalam cerita.
1. Kritik dan Olok-Olok
Salah satu contoh terkenal penggunaan alkimia sebagai bahan olok-olok adalah dalam sandiwara "The Alchemist" karya Ben Jonson. Karya ini mengejek para alkimiawan yang sering dianggap sebagai penipu yang menjanjikan keajaiban namun tidak dapat membuktikan klaim mereka. Sandiwara ini menggambarkan alkimiawan sebagai individu yang penuh tipu muslihat dan penipuan, yang memanfaatkan kepercayaan orang lain untuk keuntungan pribadi.
2. Alkimia dalam Harry Potter
Dalam seri buku anak-anak yang sangat populer, Harry Potter karya J.K. Rowling, alkimia mengambil bentuk yang lebih magis dan fantastis. Salah satu elemen penting dalam buku pertama, "Harry Potter and the Philosopher's Stone" (atau "Harry Potter and the Sorcerer's Stone" di edisi Amerika), adalah Batu Filosof. Dalam dunia Harry Potter, Batu Filosof diciptakan oleh alkimiawan legendaris Nicholas Flamel dan memiliki kemampuan untuk mengubah logam biasa menjadi emas murni serta menciptakan "Elixir of Life" yang membuat peminumnya hidup selamanya. Penggunaan alkimia di sini menambah dimensi magis dan misterius dalam cerita, memperkaya latar dunia sihir yang diciptakan Rowling.
3. Goethe dan Homunculus dalam Faust
Dalam bagian kedua dari karya besar Faust karya Johann Wolfgang von Goethe, ilmu alkimia digambarkan melalui karakter Wagner, pelayan Faust. Wagner menggunakan ilmu alkimia untuk menciptakan homunculus, makhluk kecil yang dihasilkan dari eksperimen alkimia. Homunculus ini mewakili usaha manusia untuk menciptakan kehidupan dan menguasai rahasia alam melalui ilmu pengetahuan dan sihir. Penggambaran ini menunjukkan bagaimana alkimia dianggap sebagai jembatan antara ilmu pengetahuan dan sihir, serta obsesi manusia untuk memahami dan mengendalikan alam.
4. Alkimia sebagai Metafora Ilmu Pengetahuan yang Belum Matang
Istilah alkimia kadang-kadang digunakan dalam sastra untuk menggambarkan suatu disiplin ilmu yang sedang dalam tahap perkembangan dan belum mencapai kematangan sebagai ilmu pengetahuan yang sesungguhnya. Contoh menarik dapat ditemukan dalam karya Larry Niven, Known Space. Niven menggambarkan psikologi abad ke-20 sebagai 'pada tahapan alkimia', sebelum disempurnakan oleh generasi selanjutnya menjadi disiplin ilmu yang benar-benar matang. Ini menunjukkan pandangan bahwa alkimia adalah tahap awal yang penuh dengan percobaan dan ketidakpastian, sebelum akhirnya berkembang menjadi ilmu pengetahuan yang lebih mapan dan dapat diandalkan.