Sinopsis
Bumi Nusantara bagaikan perahu raksasa yang terombang-ambing di lautan korupsi. Di atas geladaknya, para bedebah berdasi berpesta pora, menjarah harta rakyat dengan tangan-tangan kotor mereka. Senja, seorang jurnalis muda idealis, terdampar di tengah kekacauan ini. Senja tak gentar. Pena dan kameranya menjadi senjata untuk membongkar kedok para bedebah. Setiap aksara yang dia tulis, bagaikan jerat yang perlahan mencekik mereka. Di balik layar, Senja dibantu oleh Bara, seorang hacker ulung yang memiliki dendam pribadi terhadap koruptor.
Perjalanan Senja dan Bara penuh rintangan. Ancaman dan teror menghantui mereka setiap saat. Nyawa menjadi taruhan dalam setiap investigasi. Namun, tekad mereka tak pernah surut. Mereka berpegang teguh pada satu keyakinan: kebenaran harus ditegakkan, keadilan harus ditegakkan. Di tengah pertarungan sengit melawan para bedebah, Senja dan Bara menemukan secercah harapan. Sebuah gerakan rakyat yang menuntut perubahan mulai bangkit. Suara-suara kritis dari berbagai kalangan menggema, menandakan bahwa rakyat tak lagi tinggal diam. Akankah Senja dan Bara berhasil menjerat para bedebah? Akankah gerakan rakyat mampu membawa perubahan? Cerita ini akan membawa Anda menyelami sisi kelam negeri ini, sekaligus memberikan secercah harapan di tengah kegelapan.
Bab 1: Senja Membara
Langit Jakarta memerah, seolah terbakar oleh kemarahan yang tak terucapkan. Senja, dengan kamera menggantung di bahu dan tas berisi buku catatan terselempang di punggung, berjalan menerobos kerumunan massa yang berdesakan di depan gedung pengadilan. Spanduk-spanduk bertuliskan "Hukumilah Koruptor!" dan "Penjara untuk Bedebah!" melambai-lambai ditiup angin. Senja, jurnalis muda idealis yang baru dua tahun bekerja di sebuah media daring, tengah meliput sidang kasus korupsi mega proyek infrastruktur yang menyeret nama Bagas Wijaya, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Nama Bagas sudah lama menjadi perbincangan hangat, bukan karena prestasi, melainkan karena gaya hidup mewah yang jauh melampaui gaji resmi seorang menteri. Di tengah kerumunan, dia tak sengaja bertabrakan dengan seorang pria berpenampilan urakan. Lelaki itu, berkacamata dan berambut gondrong, hampir terjatuh saat tas Senja menyerempet bahunya.
"Maaf, Mas," Senja buru-buru meminta maaf.
Pria itu mendengus, "Hati-hati dikit, Nona Jurnalis." Senyum sinis terlukis di bibirnya.
Senja mengernyit, merasa janggal dengan sapaan pria itu. "Kamu kenal saya?" tanyanya penasaran.
Pria itu terkekeh, "Kenal. Sekalian saya sampaikan pesan, hati-hati dengan api yang sedang Anda sentuh." Dia mengedipkan mata sekali, lalu melesap ke kerumunan massa.
Perkataan pria itu membuat Senja merinding. "Api apa?" gumamnya bingung. Namun, tak ada waktu untuk memikirkannya. Dia harus segera masuk ke ruang sidang untuk meliput.