Mohon tunggu...
Ahmad Faizal Abidin
Ahmad Faizal Abidin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Sebagai seorang mahasiswa yang selalu berusaha memberikan hal-hal bermanfaat untuk semua orang, saya senang berbagi ide dan inspirasi dalam berbagai bentuk. Mulai dari artikel mendalam, opini yang membuka wawasan, puisi yang penuh makna, hingga cerpen yang menghibur dan humor yang segar. Setiap karya yang saya hasilkan bertujuan untuk memberi nilai tambah, memperkaya pengetahuan, dan menghadirkan senyuman di tengah rutinitas sehari-hari. Melalui tulisan, saya berharap bisa membangun jembatan pemahaman dan mendorong kreativitas, baik untuk diri sendiri maupun orang lain.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jerat Senja di Negeri Para Bedebah

3 Maret 2024   14:11 Diperbarui: 3 Maret 2024   14:11 309
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Aruna, apa maksudmu?" Bara bertanya dengan nada dingin.

Aruna menangis tersedu-sedu. "Akulah yang membocorkan keberadaan kalian kepada Bagas."

Perkataan Aruna bagaikan petir di siang hari. Senja dan Bara terguncang, dunia mereka seolah runtuh seketika.

"Kenapa, Aruna? Kenapa kamu tega melakukan ini?" Senja bertanya dengan suara gemetar.

Aruna menyeka air matanya, "Aku terpaksa. Bagas mengancam keluargaku. Dia akan mencelakai mereka jika aku tidak menurut perintahnya."

Senja terdiam, hatinya dipenuhi oleh rasa iba dan kekecewaan. Dia mengerti dilema yang dihadapi Aruna, namun pengkhianatan tetaplah pengkhianatan.

"Aruna," Bara angkat bicara, suaranya datar, "kamu tahu apa yang telah kamu perbuat? Kamu telah membantu para bedebah itu menindas kebenaran."

Aruna tertunduk semakin dalam, "Aku tahu. Aku menyesali semua ini. Tapi aku mohon, tolong maafkan aku."

Senja dan Bara saling pandang, terdiam dalam kekecewaan yang mendalam. Mereka kehilangan sekutu yang selama ini membantu mereka dalam melawan Bagas.

"Kami tidak bisa memaafkanmu, Aruna," Senja akhirnya berkata, suaranya berat, "Tapi, kami mengerti apa yang kamu rasakan. Semoga kamu bisa lepas dari cengkeraman Bagas."

Aruna terisak semakin kencang. Dia tahu, dia telah kehilangan kepercayaan Senja dan Bara, dua orang yang selama ini berjuang bersama melawan para koruptor. Senja dan Bara pun ditinggalkan sendirian di ruang tahanan khusus tersebut. Rasa muram dan kekecewaan menyelimuti mereka. Namun, di tengah kegelapan yang menyelimuti, secercah harapan masih tersisa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
  19. 19
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun