"Aruna, apa maksudmu?" Bara bertanya dengan nada dingin.
Aruna menangis tersedu-sedu. "Akulah yang membocorkan keberadaan kalian kepada Bagas."
Perkataan Aruna bagaikan petir di siang hari. Senja dan Bara terguncang, dunia mereka seolah runtuh seketika.
"Kenapa, Aruna? Kenapa kamu tega melakukan ini?" Senja bertanya dengan suara gemetar.
Aruna menyeka air matanya, "Aku terpaksa. Bagas mengancam keluargaku. Dia akan mencelakai mereka jika aku tidak menurut perintahnya."
Senja terdiam, hatinya dipenuhi oleh rasa iba dan kekecewaan. Dia mengerti dilema yang dihadapi Aruna, namun pengkhianatan tetaplah pengkhianatan.
"Aruna," Bara angkat bicara, suaranya datar, "kamu tahu apa yang telah kamu perbuat? Kamu telah membantu para bedebah itu menindas kebenaran."
Aruna tertunduk semakin dalam, "Aku tahu. Aku menyesali semua ini. Tapi aku mohon, tolong maafkan aku."
Senja dan Bara saling pandang, terdiam dalam kekecewaan yang mendalam. Mereka kehilangan sekutu yang selama ini membantu mereka dalam melawan Bagas.
"Kami tidak bisa memaafkanmu, Aruna," Senja akhirnya berkata, suaranya berat, "Tapi, kami mengerti apa yang kamu rasakan. Semoga kamu bisa lepas dari cengkeraman Bagas."
Aruna terisak semakin kencang. Dia tahu, dia telah kehilangan kepercayaan Senja dan Bara, dua orang yang selama ini berjuang bersama melawan para koruptor. Senja dan Bara pun ditinggalkan sendirian di ruang tahanan khusus tersebut. Rasa muram dan kekecewaan menyelimuti mereka. Namun, di tengah kegelapan yang menyelimuti, secercah harapan masih tersisa.