"Kali ini, mereka tidak bisa lagi menghalangi kebenaran," ucap Senja dengan nada penuh keyakinan.
Bara mengangguk setuju. "Tapi kita harus tetap waspada. Bagas tidak akan tinggal diam."
Senja menyadari benar perkataan Bara. Mereka berdua tengah berada dalam bahaya. Namun, mereka sudah terlanjur melangkah ke dalam pusaran ini. Mereka tidak bisa mundur. Tiba-tiba, ponsel Senja berdering. Dia melihat nama pamannya tertera di layar. Senja segera mengangkat telepon.
"Halo, Paman?" sapanya.
"Senja? Kamu di mana?" suara pamannya terdengar panik.
"Saya di rumah kontrakan, Paman. Ada apa?"
"Tadi ke sini dua orang berbadan tegap, menanyakan kamu dan Bara. Mereka bilang dari kantor berita tempat kamu bekerja."
Jantung Senja berdebar kencang. "Mereka pasti suruhan Bagas," bisiknya pada Bara.
"Katakan pada pamanmu, kamu sedang meliput di luar kota," Bara berbisik cepat.
Senja menurut dan menyampaikan pesan Bara pada pamannya. Setelah menutup telepon, dia dan Bara saling pandang.
"Kita tidak bisa tinggal di sini lagi," kata Senja tegas. "Mereka akan terus mencari kita."