Bara setuju. "Kita harus mencari tempat persembunyian yang lebih aman."
Senja teringat rumah eyangnya yang terletak di desa terpencil, jauh dari hiruk pikuk kota. "Kita bisa ke rumah Eyang," ujarnya. "Tidak ada yang tahu kita di sana."
Ide Senja disetujui oleh Bara. Mereka berdua segera membersihkan barang-barang mereka dan bersiap untuk berangkat. Sebelum meninggalkan rumah kontrakan, Senja sempat melirik ke luar jendela. Dia seolah bisa merasakan tatapan mata para algojo Bagas yang sedang mencari mereka. Perjalanan menuju desa Eyang ditempuh dengan penuh ketegangan. Senja dan Bara harus ekstra hati-hati, menghindari jalan utama dan memilih jalur-jalur tikus. Mereka tak ingin jejak mereka diketahui oleh Bagas. Setelah menempuh perjalanan selama berjam-jam, mereka akhirnya sampai di desa Eyang. Suasana desa yang tenang dan damai terasa kontras dengan ketegangan yang mereka alami selama perjalanan. Di rumah Eyang, mereka disambut dengan pelukan hangat. Eyang, nenek renta yang selalu memancarkan kebaikan, sama sekali tidak curiga dengan kedatangan mereka yang tiba-tiba. Senja dan Bara pun menceritakan semua yang mereka alami kepada Eyang. Sang nenek tua mendengarkan dengan seksama, matanya berkaca-kaca saat mendengar perjuangan mereka melawan korupsi.
"Kalian berdua pemberani," ucap Eyang setelah Senja selesai bercerita. "Meskipun jalan yang kalian tempuh berat, jangan pernah menyerah. Kebenaran harus ditegakkan, apapun resikonya."
Senja dan Bara tersentuh mendengar dukungan Eyang. Mereka merasa bersyukur bisa menemukan tempat berlindung yang aman dan penuh kehangatan. Di desa yang sunyi itu, Senja dan Bara melanjutkan perjuangan mereka. Mereka menggunakan internet di rumah Eyang untuk terus berkoordinasi dengan Aruna dan mencari bukti-bukti lain untuk menjatuhkan Bagas Wijaya. Meskipun jauh dari hiruk pikuk kota, perjuangan mereka terus berlanjut. Mereka bagaikan bara api yang meski kecil, namun tetap mampu menyinari kegelapan dan memberi harapan akan perubahan.
Bab 5: Jebakan dan Pengkhianatan
Minggu berganti minggu, Senja dan Bara mendekam di desa Eyang. Hari-hari mereka diisi dengan berselancar di dunia maya, mencari celah untuk membongkar kedok Bagas Wijaya. Aruna, sang mantan peretas, menjadi jembatan mereka ke dunia digital yang gelap.
"Aku menemukan sesuatu," suara Aruna terdengar bersemangat melalui panggilan video. "Ada transaksi mencurigakan lagi dari perusahaan milik Bagas. Kali ini ke rekening milik seorang pengusaha properti."
Senja dan Bara saling pandang, semangat mereka kembali berkobar. Informasi ini bisa menjadi senjata ampuh untuk menjerat Bagas.
"Bagus, Aruna! Kerja bagus!" seru Bara. "Kirimkan datanya ke Senja."
Setelah menerima data dari Aruna, Senja langsung menganalisisnya. Dia menelusuri jejak perusahaan properti tersebut dan menemukan fakta mengejutkan. Perusahaan itu ternyata baru berdiri beberapa bulan lalu, namun sudah memenangkan tender proyek infrastruktur yang nilainya fantastis.