Mohon tunggu...
Ahmad Faizal Abidin
Ahmad Faizal Abidin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Sebagai seorang mahasiswa yang selalu berusaha memberikan hal-hal bermanfaat untuk semua orang, saya senang berbagi ide dan inspirasi dalam berbagai bentuk. Mulai dari artikel mendalam, opini yang membuka wawasan, puisi yang penuh makna, hingga cerpen yang menghibur dan humor yang segar. Setiap karya yang saya hasilkan bertujuan untuk memberi nilai tambah, memperkaya pengetahuan, dan menghadirkan senyuman di tengah rutinitas sehari-hari. Melalui tulisan, saya berharap bisa membangun jembatan pemahaman dan mendorong kreativitas, baik untuk diri sendiri maupun orang lain.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jerat Senja di Negeri Para Bedebah

3 Maret 2024   14:11 Diperbarui: 3 Maret 2024   14:11 309
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tak lama kemudian, pesan balasan dari Aruna pun masuk. "Saya bisa membantu, tapi dengan biaya," tulisnya.

Senja dan Bara saling pandang. Mereka sama-sama tahu, mereka tidak punya banyak uang. Gaji Senja sebagai jurnalis pas-pasan, sedangkan Bara hanya mengandalkan donasi dari para aktivis yang mendukung gerakannya.

"Berapa biayanya?" tanya Senja dengan suara lirih.

Aruna membalas, "Lima juta rupiah."

Senja terkesiap. Jumlah itu di luar kemampuan mereka.

"Bagaimana?" Bara menatap Senja dengan tatapan penuh harap.

Senja menggigit bibirnya, menimbang-nimbang. Dia tahu, ini kesempatan mereka untuk bangkit dari kekalahan.

"Kita patungan," akhirnya Senja berkata mantap. "Saya bisa meminjam uang dari teman, kamu bisa minta donasi dari rekan-rekan aktivismu."

Bara tersenyum lega. "Oke, deal! Kita lawan mereka bersama-sama."

Senja dan Bara pun bahu-membahu mengumpulkan uang. Senja berhasil meminjam dari teman dekatnya, sedangkan Bara menghubungi para aktivis yang selama ini mendukung perjuangannya. Setelah beberapa jam yang menegangkan, mereka berhasil mengumpulkan uang yang cukup. Senja segera mengirimkan pembayaran ke Aruna, berharap sang mantan peretas itu bisa segera memulihkan data mereka. Sementara menunggu kabar dari Aruna, Senja dan Bara memutuskan untuk berhati-hati. Mereka tahu, Bagas pasti akan semakin waspada setelah mengetahui mereka bekerja sama.

"Kita harus berpindah tempat," kata Bara. "Apartemen saya terlalu mudah dilacak."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
  19. 19
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun