Senja menatap layar laptop kosong dengan tatapan kosong. Perasaan gamang dan frustrasi bercampur aduk. Berita yang dia tulis dengan susah payah, hasil investigasi yang bisa menjadi senjata untuk melawan Bagas Wijaya, semuanya lenyap ditelan virus.
Bara yang duduk di sampingnya ikut menghela napas. "Ini pasti ulah anak buah Bagas," gumamnya. "Mereka punya tim IT yang handal untuk melacak jejak digital lawan-lawan mereka."
Senja mengepalkan tangannya. "Mereka tidak bisa membungkam saya selamanya," desisnya. "Saya akan menulisnya lagi, dan kali ini akan lebih detail, lebih pedas!"
Bara mengangguk setuju. "Bagus. Tapi untuk saat ini, kita harus mencari cara lain untuk membongkar kedok Bagas. Data di flashdisk itu percuma kalau tidak bisa dibuka."
"Kamu punya ide?" tanya Senja dengan nada harap.
Bara menggaruk dagunya, berpikir sejenak. "Ada seseorang yang mungkin bisa membantu. Namanya Aruna, dia mantan peretas yang sekarang bekerja sebagai konsultan keamanan siber."
Senja mengerutkan kening. "Peretas? Kita tidak bisa mempercayainya, kan?"
Bara tersenyum samar. "Aruna berbeda. Dia pernah dijebloskan ke penjara karena membongkar kasus korupsi, tapi tuduhannya dibatalkan karena kurangnya bukti. Dia beralih profesi menjadi konsultan keamanan siber untuk bisa melawan para penjahat dunia maya secara legal."
"Hmm... menarik," gumam Senja. "Tapi bagaimana cara kita menghubunginya?"
Bara mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan sebuah kartu nama digital. "Ini kontaknya. Dia membuka jasa konsultasi online."
Senja mengambil ponsel Bara dan segera mengirim pesan ke Aruna. Dia menjelaskan situasi yang mereka alami dan meminta bantuan untuk memulihkan data di flashdisk.