Dokter itu menyebutkan angka yang cukup fantastis. Linda nyaris terjatuh pingsan. Uang hasil gadai perhiasan dan penjualan tanah sudah habis terpakai untuk biaya kampanye. Ia tak tahu harus mencari uang kemana lagi.
"Dok, saya tidak punya uang sebanyak itu," lirih Linda.
Dokter menghela napas. Ia memahami kesulitan Linda. "Begini saja, Bu. Kami bisa memberikan keringanan biaya. Tapi, Bapak Bagus harus menjalani perawatan inap selama minimal enam bulan."
Linda terdiam, bimbang. Enam bulan adalah waktu yang lama. Ia tak bisa meninggalkan pekerjaannya begitu saja. Namun, ia tak tega melihat Bagus terlantar di rumah sakit tanpa perawatan yang layak.
"Baiklah, Dok," akhirnya Linda mengambil keputusan. "Saya akan berusaha mencari cara agar suami saya bisa dirawat di sini."
Keluar dari ruang dokter, Linda menghubungi Anton. Ia menceritakan kondisi Bagus dan rencana perawatan di rumah sakit jiwa. Namun, respon Anton mengecewakan. Ia mengaku tak bisa membantu karena sedang mengalami kesulitan keuangan.
Hati Linda semakin hancur. Ia sendirian menghadapi cobaan ini. Dengan langkah gontai, ia berjalan keluar dari rumah sakit. Di bawah terik matahari, Linda tak bisa lagi menahan tangisnya. Ia sadar, mimpi suaminya menjadi anggota dewan telah menghancurkan segalanya. Kini, ia harus berjuang sendirian, tak hanya untuk menyelamatkan Bagus dari jeruji mental, tapi juga untuk menyelamatkan keluarganya dari jeratan hutang dan kepedihan.
Bab 4: Jualan Kaki Lima dan Bisikan Masa Lalu
Enam bulan telah berlalu sejak Bagus dirawat di rumah sakit jiwa. Linda, dengan tekad baja, banting tulang untuk membiayai pengobatan suaminya. Ia terpaksa banting setir menjadi penjual nasi pecel di pinggir jalan.
Awalnya, rasa malu dan gengsi kerap menghantuinya. Ia terbiasa hidup berkecukupan, namun kini harus berhadapan dengan terik matahari dan debu jalanan. Namun, demi kesembuhan Bagus dan masa depan anaknya, Linda menguatkan hatinya.
Setiap sore, sepulang berjualan, Linda mengunjungi Bagus di rumah sakit. Ia menceritakan kesehariannya, bercerita tentang Karin yang kini terpaksa bekerja paruh waktu untuk membantu keuangan keluarga. Ia juga tak henti-hentinya menyemangati Bagus, berharap sang suami bisa segera pulih.