Nayla dan Tio saling bertatapan dan memikirkan apa yang harus mereka lakukan setelah dituduh begitu oleh Marvel.
"Marvel yang dulu pendiam, tidak peduli dan tidak banyak omong, ya" ucap Nayla tiba-tiba. Tio hanya termenung lalu tersenyum licik.
Tak lama Gree muncul di depan mereka berdua, duduk di kursi yang tadi Marvel duduki. Gree muncul dalam wujud ayahnya Marvel yang sangat berwibawa itu.
Nayla dan Tio yang tadinya tertawa jahat tiba-tiba terdiam karena sangat terkejut tiba-tiba ada Pak Hera di depan mereka.
"Apa yang kalian telah lakukan selama ini?" tanya Gree, tentu dengan suara khas Pak Hera.
"Kalian telah merusak keluarga ini! Apa yang kalian rencanakan? Kalian telah membunuh istriku, Julio, anakmu sendiri, dan sekarang berencana untuk membunuhku. Sungguh bejat perbuatan kalian. Kalian ingin merebut hartaku? Katakan saja jika itu benar! Kalian bisanya hanya berbuat licik selama Marvel tidak ada di sini. Patut Marvel di sana sendirian, terbebas dari perilaku jahat dan busuk kalian!"
"A-ayah.. apa yang ayah maksud.. kami tidak membunuh siapa-siapa di sini" ucap Tio gugup.
"Kalian pikir ayah bodoh? Ayah sudah tau perbuatan kalian selama Marvel tidak ada. Kamu, Tio! Kamu hanya iri kan bahwa ayah akan meneruskan perusahaan ayah kepada Marvel?"
Tio terbelalak. "Apa? Bahkan aku saja tidak tahu kalo ayah akan meneruskan perusahaan kepada Marvel! Ayah sebegitu teganya ya terhadapku! Aku tidak tahu apa-apa sampai ayah mengatakan semua itu!"
"Busuk sekali perkataanmu"
Nayla mengambil pisau dan mengarahkannya kepada tubuh Gree yang menggunakan wujud Pak Hera. Untung saja Gree bisa bergerak lincah untuk menghindari pisau tajam yang ditujukan kepadanya.