Di balairung Kasultanan Mataram
Senapati laksana dewa Brahma di hadapan Juru Mrentani,
punggawa, saudara, permaisuri, selir, dayang-dayang, dan putera.
Kepada mereka, Senapati mendedah timbunan isi hati
: "Aku tak akan bisa makan enak,
bila matahari di langit Mangir kian membumbung.
Aku tak akan bisa tidur nyenak, bila
kekuasaan Wanabaya menjadi hantu dalam mimpiku.
Aku akan selalu gelisah tatkala berkaca, bila
Wanabaya masih menjadi bayangan hitam di cermin."
Â