SEORANG ABAHÂ Â Â : (BINGUNG) Lho, Lho, ada masalah apa?
PEREMPUAN IIÂ Â Â Â Â Â : Biasa, Bah. Pacarnya adikku melarang dinas karena saat itu mereka sedang bermain.
SEORANG ABAHÂ Â Â : Terus hubungannya dengan menikah bagaimana?
PEREMPUAN IIÂ Â Â Â Â Â : Dia tak pernah serius mau menikahi adikku, buktinya sampai sekarang tak punya pekerjaan yang jelas. Aku tak pernah menuntut pekerjaannya, bahkan pembunuh bayaran sekalipun, aku sudi, karena ujung-ujungnya juga mendapatkan uang.
SEORANG ABAHÂ Â Â : Ya, sabar.
PEREMPUAN I       : Sudahlah  menikah dengan abah saja, biar beban adikku selesai, punya rumah yang jelas, punya identitas yang jelas, tak pindah sana-sini, karena para pejabat sudah mulai suka mengusir, tapi tak memberikan caranya seperti apa. (JEDA) Urusan cinta masalah nomer terakhir, cinta bisa di beli dengan uang. Lagi pula ini bukan kisah Romeo Juliet, Laila Majnun, Madekur Tarkeni, Radit Jani. Ini kisah orang marjinal. Nikah saja dengan abah!
SEORANG ABAHÂ Â Â : Lho, lho, jangan dengan abah, aku ini sudah tua, sudah tak pantas punya isteri.
PEREMPUAN II      : Masih pantas saja abah, yang penting bertanggung jawab, abah seorang dermawan, meskipun kita melihat abah tak begitu kaya.
SEORANG ABAHÂ Â Â : Aku hanya berbuat baik saja selama masih hidup, karena aku tak punya keluarga sama sekali.
PEREMPUAN IIÂ Â Â Â Â Â : Justru itu, Bah, nikahilah adikku!
SEORANG ABAH   : Tidak, abah tak pantas  menerima kebahagiaan ini, usiaku hampir 75 tahun.