PERENUNGAN ABAH DI HADAPAN MEREKA SEMUA.
Â
SEORANG ABAH   : Mungkin sebentar lagi, Tuan Besar akan datang, Tuan yang kita agung-agungkan selama pertunjukan berlangsung, mungkin Tuan Besar itu abah sendiri, atau si tuna wicara ini. (JEDA) Mungkin Tuan Besar dengan kekuasaannya yang sudah turun temurun akan singgah ke sini. Kalau saja semua orang tidak punya hutang budi pada bapaknya, mungkin juga mereka tak akan pernah patuh, mungkin juga mereka tak pernah takut. (JEDA) Bukankah pekerjaan halal sudah menjadi jaminan orang hidup? Lalu bagaimana dengan bangsa ini, yang  diperjualbelikan pekerjaannya dari Tuan Besar, mereka rela menjual tanah lapangnya demi kedudukan, mereka rela menjual hasil ternak dan panennya demi sebuah seragam. (JEDA) Apa masih bermakna jadi  barang halal, atau apa sudah bermakna haram? Tak ada yang  pasti, karena kepastian milik Tuhan.
Â
DIA MENANGIS SEDEMIKIAN RUPA. TAK LAMA KEMUDIAN SEORANG ABAH MENJULURKAN CEK KEPADA LAKI-LAKI II.
Â
SEORANG ABAH   : Ini uang satu milyar buatmu, kau  aku kasihani karena selalu kekurangan fisik selama hidupmu, kau juga seorang marjinal yang tak punya rumah, yang RT RWnya nol, (JEDA) itu hasil semua investasi bertahun-tahun, hanya buatmu, jangan beli seragam atau kedudukan, mungkin sebentar lagi semua orang akan mengasihanimu, Tuan Besar. (JEDA) Bukankah itu  tujuanmu, Tuan Besar?
Â
LAKI-LAKI I HANYA TERDIAM BINGUNG.
Â
17