sedangkan penggunaan internet atau komputer yang lama berisiko 1,22 kaliÂ
terhadap depresi (Yurni, 2018). GejalaÂ
depresi meningkat 3 kali lipat pada perempuan dengan sedentary lifestyleÂ
dibanding laki-laki. Perempuan dengan perilaku sedentary lifestyle >7 jam perhariÂ
akan meningkat dibandingkan perempuan dengan perilaku sedentary lifestyle <4 jamÂ
perhari (Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia, 2015)
IV. PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil analisis pada tabel 2 gambaran sedentary lifestyle pada remaja, dari 50 responden (100%) didapatkan seluruh (100%) responden remaja di masa pandemi Covid-19 melakukan sedentary lifestyle. Dari 50 responden penelitian menunjukan hampir seluruh responden mengalami sedentary lifestyle tinggi sebanyak 42 responden (84%) dan sebagian kecil responden mengalami sedentary lifestyle sedang sebanyak 8 responden (16%). Tidak satu pun responden mengalami sedentary lifestyle rendah. Jenis sedentary lifestyle yang sering dilakukan oleh remaja adalah duduk bersantai dengan bermain handphone/chatting dengan rata-rata waktu yang digunakan adalah 3,72 jam dalam sehari. Berdasarkan jenis kelamin, setengahnya responden berjenis kelamin laki-laki memiliki sedentary lifestyle tinggi (50%). Secara genetik jenis kelamin laki-laki lebih rentan menjadi pecandu game dibandingkan dengan perempuan. Pada laki-laki menunjukan adanya perubahan fungsi otak di gyrus frontal superior yang merupakan pengendali kesadaran dan impuls, sedangkan pada perempuan pecandu game tida menunjukan perubahan fungsi otak apa pun (Febriansyah, 2018). Terdapat hubungan yang signifikan antara respon otak dengan perilaku kecanduan game online. Penggunaan functional magnetic resonance imaging (fMRI) dalam perekaman respon otak menunjukkan aktivasi yang lebih besar (pada thalamus dan medial frontal gyrus) pada remaja laki-laki dibandingkan dengan remaja perempuan (Dong et al,. 2018 dalam Sari et al., 2020) serta aktivasi otak laki-laki lebih aktif ketika bermain game online(Sari et al., 2020).Peneliti mengasumsikan banyaknya remaja dengan sedentary lifestyle kategori tinggi disebabkan karena rendahnya aktivitas fisik remaja di masa pandemi covid-19 (82%). Hal tersebut juga dikarenakan terbatasnya aktivitas keluar rumah untuk mencegah penyebaran covid-19.
V. PENUTUP
KesimpulanÂ
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan data, peneliti memperoleh simpulan yang dapat diambil dari penelitian mengenai Gambaran Sedentary Lifestyle pada Remaja di Masa Pandemi Covid-19 menunjukkan hampir seluruh remaja di SMA Kota Bandung (84%) melakukan sedentary lifestyle kategori tinggi di masa pandemi Covid-19 dan remaja yang lainnya melakukan sedentary lifestyle (16%) dengan kategori sedang.