" Ya, dia kan pengacara Mbak, jadi bisa pakai trik-trik tertentu biar cepat putus,"  sahut Tata.
   " Tapi itu nggak ada artinya sama sekali buatku Ta. " sambung Khalisa seperti sebuah keluhan. "Hubungan kami tanpa komitmen apa-apa. Mungkin karena kita sama-sama pernah terluka dan sama-sama kesepian."
   "Mbak mencintainya ?" sekarang ganti Trinita yang mencoba menyelami isi hati Khalisa.
    "Aku jatuh cinta padanya saat pertama kali bertemu dengannya. Entah kenapa aku merasa hidupku begitu bersemangat melihat matanya bersinar optimis dan mendengar tutur katanya yang tegas penuh semangat."
    " Ya jelaslah Mbak, dia kan pengacara,  memang harus begitu "
    " Sekarang aku benci dengan semua itu, Ta," terkesan kejengkelan dalam nada bicara Khalisa.
    "Ternyata cinta dan benci itu begitu dekat ya?" ujar Trinita sambil tersenyum menggoda. " Bagaimana kalau dia datang lagi dalam kehidupan Mbak?"
    "Aku nggak tahu Ta."
   "Kukira Mbak masih akan tetap mau menerimanya kembali."
    "Kok kamu bisa yakin begitu Ta?" Khalisa menatapnya ingin tahu.
   "Selama Mbak masih sendiri apa salahnya membuka lagi hati Mbak untuk dia. Mbak sudah lama dekat dengannya, sudah cukup mengenalnya. Dia juga tidak pernah melukai hati Mbak. Kalau dia menjauh dan menghilang sesaat, mungkin memang dia perlu waktu untuk memulihkan luka hatinya pasca perceraian."
   "Tapi apa yang bisa kuharapkan darinya Ta? Tidak ada kepastian tentang hubungan kami."