*******
“Istriku….. mungkin kita bisa menjelaskan pada mereka bahwa benda yang kau miliki itu bukan benda sihir……” kata Jaka Tarub suatu malam.
“Lalu, benda apa misalnya ? Apa yang harus kukatakan pada mereka ? Aku tidak bisa menjelaskannya, suamiku. Ini belum waktunya. Aku akan merusak keteraturan yang ada. Melangkahi segala tahapan yang sudah terencana dengan rapi dan membuatnya kacau. Aku tidak bisa.”
“Maafkan aku istriku…. Aku benar-benar minta maaf….”
*******
Nawangwulan pergi ke lumbung untuk mengambil beras.
Persediaan beras mereka semakin lama semakin menipis karena ia sekarang harus memasak dengan cara biasa. Ia tak mau mengambil resiko apapun lagi.
Ia membungkuk untuk menyendok beras yang sudah hampir mencapai dasar tempat penyimpanan beras.