Saat tiba dirumah Jaka Tarub, Â keempat orang yang penasaran itu benar-benar terkesima melihat kecantikan Nawangwulan yang memang tiada bandingannya.
Juga kemolekan wajah Nawangsih yang sedang tertidur di dalam gendongan ibunya.
Jaka Tarub merasa sangat bangga melihat reaksi teman-temannya.
Sementara dalam hati keempat orang itu dikuasai oleh rasa cemburu yang amat sangat karena mereka merasa tidak akan bisa mendapatkan istri secantik Nawangwulan.
Setelah mendampingi Jaka Tarub berbincang-bincang sebentar dengan teman-temannya, Nawangwulan minta ijin pergi kebelakang untuk memasak nasi.
Beberapa saat kemudian, Jaka Tarub pergi ke dapur mencari Nawangwulan. Ia bermaksud menanyakan apakah nasinya sudah matang atau belum, karena para tamunya sudah merasa lapar.
Tetapi Nawangwulan tidak ada di dapur.
Dandang nasi berada diatas tungku yang menyala. Â Uap tipis menguar dari sela-sela tutupnya.
Jaka Tarub tidak tahu bahwa Nawangwulan baru saja menyalakan api untuk memasak nasi karena sejak tadi sibuk membersihkan Nawangsih yang menumpahkan sesuatu di bajunya.
Yang ia tahu, sudah beberapa waktu berlalu sejak istrinya minta ijin pergi ke dapur.
Maka ia memperkirakan saat ini nasinya pasti sudah matang.