Dia mengangguk, "Sudah."
Lalu aku mengajaknya ke lantai paling atas dari penginapan ini. Ada teras setengah terbuka yang nyaman untuk melakukan wawancara.
"Baiklah, apa yang ingin Anda ketahui? Bukankah Anda sudah membaca berita tentang saya?"
Aku tersenyum, berusaha bersikap lebih bersahabat. Tak mudah membujuknya, dia akhirnya bersedia menemuiku adalah berkah untukku.
"Seperti saya bilang di email, saya berencana menuliskan kisahmu yang inspiratif."
"Tapi saya belum setuju, kenapa Anda nekat datang?"
"Saya memang sudah punya rencana ke Maroko, tapi ke Casablanca. Menemui seseorang."
Nora mengernyitkan dahi, memandangku dengan ekspresi menyelidik.
"Menemui seseorang, pacar?"
Aku tersenyum, lalu menggeleng.
"Bukan. Ada kerabat di sana."