Hampir tiga tahun berlalu, tetapi sakitnya masih berasa. Tanganku menggores bait-bait luka berbalut keperihan, yang entah kapan akan tersapu maaf. Ya, aku masih sulit memaafkannya.
Hidupku bagai nada tanpa melodi. Aku takut untuk percaya lagi. Entah sampai kapan.
Nada Tanpa Melodi
Wahai Tuan,
Sadarkah kau saat dusta terucap, hanya menunggu waktu untuk membuka pintu kebenaran
Seberapa cepat dustamu melesat, kebenaran akan mengejarnya juga
Wahai Tuan,
Kau bisa sembunyikan dustamu
Kau bisa beriku kata-kata manis penuh tipuan
Karena kebenaran akan selalu menemukan jalannya
Laksana bayangan selalu menemukan pemiliknya
Wahai Tuan,
Tahukah kau, sakit telah yang kau taburkan
Membuatku hidupku bagaikan  nada tanpa melodi
Hambar tanpa rasa
Datar tanpa rupa
Ini untukmu, siapa pun namamu. Rayan atau Sa'id!
-end-
Palembang, 8 Februari 2022
Note:
* bentuk pelecehan seperti siulan, atau komentar laki-laki saat sedang berada di jalan, yang membuat si perempuan tidak nyaman. Banyak yang menganggap jika itu hal biasa, hanya sekadar usil saat laki-laki menggoda perempuan. Tidak banyak yang tahu, bahwa hal itu ternyata memiliki arti kecenderungan seksual.