"Dimas, bagaimana?" tanya Remon mengejutkannya, "ha, ap-apa pa?" tangannya masih memegang garpu yang sedari tadi hanya ia cucuk-cucukan ke makanannya tanpa ia santap. Dari ekspresi putranya Remon bisa mengetahui kalau anak muda itu tak tertarik dengan gadis di depannya. Padahal gadis itu sangat cantik dan menawan, dirinya sendiri saja bisa tergoda kalau gadis itu bukan anak sahabatnya.
"Ajaklah Resma ngobrol, masa' kalian diam saja!"
"Mau ngobrol apaan pa?"
"Apasaja terserah kalian, pertemuan ini memang sengaja untuk mengenalkan kalian!"
Dimas melebarkan mata menatap papanya, "maksud papa?" tanyanya. "kami berniat untuk menjodohkan kalian!" jawab Remon.
"Apa pa?"
"Lihat, bukankah Resma sangat cantik, dia juga berpendidikan dan sederajat dengan kita!"
"Pa, sekarang udah bukan jamannya lagi jodoh-jodohan. Lagipula Dimas masih sekolah!"
"Papa tidak menyuruhmu menikah sekarang, paling tidak kalian saling tahu dulu, pendekatan dulu, apa susahnya!"
Dimas menarik pandangannya dari papanya, sedikit melirik Resma yang kini menampakan ekspresi kecewa, pandangan Remon beralih ke Resma.
"Resma, kamu sendiri bagaimana. Kamu suka sama Dimas?" pancingnya, Resma hanya tersenyum malu, Remon kembali menatap putranya, "Dimas, bagaimana kalau kamu ajak Resma ngobrol di meja lain atau....pergi jalan-jalan sebentar. Mumpung malam masih panjang!" usul Remon, dan itu seperti perintah.