setiap pulang. Dan selalu memberi semangat padaku ketika pagi datang, agar tak bernasib sama
sepertinya.
Perempuan itu selalu mengatakan, ” kamu harus bisa jadi orang, walaupun pekerjan Ibu jadi
penjual jamu, namun nasib bisa saja berubah, dan Tuhan tak akan mengubah nasib manusia kecuali
manusia itu sendiri yang mengubahnya. Makanya sekarang kamu harus sekolah biar gak kayak ibu” itu
adalah kata-kata perempuan itu yang sudah entah keberapa kalinya aku dengarkan.
Jika sudah begini, aku tak dapat berkata apa-apa lagi. Mungkinkah dari tangan seorang pejual
jamu aku bisa menjadi guru atau menjadi sekertaris di sebuah perusahaan? Ah orang jawa bilang "Guru
jamu" atau "Sekertaris Jamu".
****
Aku tak tau yang sebenarnya. Ketika aku berumurtuju tahu, ketka aku duduk di bagku SD, kata
guruku Ibu itu adalah orang tua perempuan kita. Tapi aku tak tau yang sebenarnya, apakah perempuan
itu memang ibuku atau bukan, aku tak paham. Teman-temanku juga memiliki ibu, dan mereka sangat
dekat dengan ibunya. Kadang aku membayangkan mereka seperti lakon sinetron keluarga cemara. Tapi