Mohon tunggu...
wulan sybil
wulan sybil Mohon Tunggu... profesional -

Saya adalah anak Adam yang menurut orang-orang bilang, anak gak jelas. karna ayahnya orang Jogja, ibunya orang Surabaya, tapi aku dilahirkan dan besar di Sulawesi. hmm.. mungkin aneh juga sih, tapi coba berpikir realistis, gak salah kan kalo orang tuaku siapa tau aja dulu tinggal di Jakarta, trus rumahnya kebanjiran terus, ya.. jadinya pindah aja ke Sulawesi yang banyak pegunungannya. dan sebentar lagi Sulawesi juga pohonnya dah banyak yang nebang, pindah ke mana lagi ya...?

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Si Patonah

18 November 2011   07:36 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:30 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

setiap pulang. Dan selalu memberi semangat padaku ketika pagi datang, agar tak bernasib sama

sepertinya.
Perempuan itu selalu mengatakan, ” kamu harus bisa jadi orang, walaupun pekerjan Ibu jadi

penjual jamu, namun nasib bisa saja berubah, dan Tuhan tak akan mengubah nasib manusia kecuali

manusia itu sendiri yang mengubahnya. Makanya sekarang kamu harus sekolah biar gak kayak ibu” itu

adalah kata-kata perempuan itu yang sudah entah keberapa kalinya aku dengarkan.
Jika sudah begini, aku tak dapat berkata apa-apa lagi. Mungkinkah dari tangan seorang pejual

jamu aku bisa menjadi guru atau menjadi sekertaris di sebuah perusahaan? Ah orang jawa bilang "Guru

jamu" atau "Sekertaris Jamu".
****

Aku tak tau yang sebenarnya. Ketika aku berumurtuju tahu, ketka aku duduk di bagku SD, kata

guruku Ibu itu adalah orang tua perempuan kita. Tapi aku tak tau yang sebenarnya, apakah perempuan

itu memang ibuku atau bukan, aku tak paham. Teman-temanku juga memiliki ibu, dan mereka sangat

dekat dengan ibunya. Kadang aku membayangkan mereka seperti lakon sinetron keluarga cemara. Tapi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun