Dapurku hanyalah halaman belakang yang ditutup dengan papan-papan rusak sebagai dindingnya.
Ayahku bekerja sebagai sopir mobil angkot jurusan kota-kampus. Sebagai seorang sopir, uang Ayah
mungkin sangat pas-pasan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga kami. Karna aku sering
mandengar Ibuku kekurangan uang belanja dan bertengkar dengan ayah. Tapi pertengkaran Ibu sangat
santun. Tak pernah Ibu membentak-bentak Ayah hingga terjadi insiden keributan atau bahkan
kekerasan.
Ketika ibu menjual jamunya, aku tinggal berdua bersama tanteku. Dia perempuan yang baik
padaku. Jika aku ingin makan atau pipis, tante yang selalu melayaniku. Dia juga baik pada ayahku, dia
biasa menyiapkan makanan sisa sarapaan pagi untuk Ayah ketika pulang sebentar sewaktu bawa mobil.
Dan ayah juga baik padanya, dia sering membelikan sesuatu yang diberikan kepada tanteku. Hingga
tante dapat tertawa dengan sangat senang dikamarnya.
Walaupun ibu sering bertengkar dengan ayah, namun ibu tetap sabar dan berusaha untuk
mencukupi kebutuhannya dari jualan jamu keliling. Adik ibuku yang hanya tamatan SMP sangat susah
mencari pekerjaan yang hanya sekedar cukup untuk memenuhi keutuhannya sendiri. Jika ada, itu pun