dan wanita, seperti dikehendaki Pencipta sejak permulaan; izin  diberikan
oleh Musa untuk menceraikan isteri adalah penyesuaian terhadap ketegaran hati kesatuan perkawinan pria dan wanita tidak tercerai. Allah sendiri
telah mempersatukan mereka Apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh
diceraikan manusia (Mat 19:6). Penegasan bahwa tali Perkawinan tidak dapat diputuskan, menimbulkan
kebingungan dan dianggap satu tuntutan tidak dapat dipenuhi. Tetapi Yesus
tidak meletakkan kepada suami isteri beban tidak terpikulkan lebih berat lagi daripada peraturan Musa. Dengan memperbaiki tata ciptaan awal diguncangkan oleh dosa, Ia memberi kekuatan dan rahmat, untuk menghidupkan Perkawinan dalam sikap baru Kerajaan Allah. Kalau suami isteri mengikuti Kristus, menyangkali diri  dan memikul salib. Mereka akan mengerti arti asli dari Perkawinan. dan dapat hidup
menurut pertolongan Kristus. Rahmat Perkawinan Kristen adalah buah
salib Kristus, sumber penghayatan Kristen. Santo Paulus berkata: Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya untuk, menguduskannya, sesudah Ia menyucikannya dengan memandikannya dengan
air dan firman (Ef 5:25-26). Ia menambahkan: Sebab itu laki-laki akan
meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya
itu menjadi satu daging. Rahasia ini besar, tetapi yang aku maksudkan ialah hubungan