untuk memanggul salibnya dan mengikuti-Nya, bangun lagi setelah jatuh, untuk
saling mengampuni, menanggung beban orang lain, merendahkan diri seorang kepada yang lain "di dalam takut akan Kristus" (Ef 5:21), dan saling
mengasihi dalam cinta yang mesra, subur dan adikodrati. Dalam kegembiraan
cintanya dan kehidupan keluarganya mereka sudah diberi-Nya prarasa dari perjamuan
perkawinan Anak Domba.
"Bagaimana saya mau melukiskan kebahagiaan Perkawinan, yang
dipersatukan oleh Gereja, dikukuhkan dengan persembahan, dan dimeteraikan
oleh berkat, diwartakan oleh para malaikat, dan disahkan oleh Bapa ?... Betapa
mengagumkan pasangan itu; dua orang beriman, dengan satu harapan, satu
keinginan, satu cara hidup, satu pengabdian ! Anak-anak dari satu Bapa. abdi
dari satu Tuhan ! Tidak ada pemisahan antara mereka dalam jiwa maupun