Mohon tunggu...
Wahyudi Nugroho
Wahyudi Nugroho Mohon Tunggu... Freelancer - Mantan MC Jawa. Cita-cita ingin jadi penulis

Saya suka menulis, dengarkan gending Jawa, sambil ngopi.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Bab 19 Akhir Perang dan Datangnya Tamu (Cersil STN)

30 Maret 2024   21:57 Diperbarui: 2 Juni 2024   14:12 240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kademangan Majaduwur dua minggu sebelum purnama naik cukup sibuk. Ki demang Sentika memerintahkan para pengawal agar tidak kehilangan kewaspadaan. Setiap malam agar gardu gardu perondan dijaga, dengan perlengkapan penuh.

Meski para pengawal kebanyakan tidak tahu sebab turunnya perintah itu, namun kesetiaan mereka pada ki demang, dan rasa cintanya pada kampung halaman, dengan suka hati mereka menjalankan perintah.

Demikian juga yang ada di dapur. Mereka juga sibuk menyiapkan bahan untuk hidangan bagi  Sang senopati. Tentu beliau tidak hadir sendirian, pasti akan bawa banyak pengawal.

Malam saat purnama naik, waktu tengah malam, udara kademangan digetarkan oleh kaki kaki kuda yang tengah berlari kencang.  Sepuluh orang pengawal mengiringi Senopati Narotama berkunjung ke kademangan Majaduwur.  Menjelang masuk gapura kademangan mereka melambatkan lari kuda yang mereka tunggangi.

Para pengawal yang tahu siapa yang akan hadir berjajar berdiri di pinggir jalan.  Tangan mereka mengapu rancang memberi hormat.

"Selamat malam para pengawal semuanya, kami hadir lagi. Sekarang saya ikut mengawal Gusti Narotama.  Apakah kami harus turun dari kuda, dan berjalan ke balai kademangan dikawal beberapa orang dengan pedang terhunus ?" kata caraka yang hadir beberapa hari lalu.

"Tidak tidak tuan. Silahkan tetap naik kuda dan terus ke pendapa kademangan. Ki demang tentu sudah menunggu."

"Baiklah kami akan terus.  Kalian sekarang baik sekali." kata caraka itu sambil tersenyum.  

Lelaki gagah berwibawa yang berkuda di samping  caraka itu juga tersenyum. Ia bangga dengan pengawal kademangan itu, mereka terbukti selalu waspada terhadap keselamatan dan keamanan kampung halaman mereka.

Ketika mereka memasuki halaman kademangan, mereka melihat beberapa orang berdiri di depan teras pendapa. Semua mengenakan pakaian resmi menyambut tamu yang mereka hormati. Ki demang turun dari tangga teras, diikuti isteri anak dan calon menantunya.

"Salam hormat hamba sekeluarga untuk Gusti Narotama." kata ki demang Sentika saat Senopati Narotama telah dekat menghampirinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun