Mohon tunggu...
Wahyudi Nugroho
Wahyudi Nugroho Mohon Tunggu... Freelancer - Mantan MC Jawa. Cita-cita ingin jadi penulis

Saya suka menulis, dengarkan gending Jawa, sambil ngopi.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Bab 19 Akhir Perang dan Datangnya Tamu (Cersil STN)

30 Maret 2024   21:57 Diperbarui: 2 Juni 2024   14:12 240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Demang Sentika telah berulang kali berganti lawan.  Setiap ada yang mengepungnya, dalam sekejap pengepung itu bisa dibuat berantakan oleh tandangnya. Dengan demikian dia lebih leluasa mengatur anak buahnya agar lebih baik lagi melakukan perlawanan.

Di bagian sayap kanan Handaka benar benar dibuat menganga mulutnya menyaksikan tandang Sekarsari bertempur.  Gadis itu seperti bukan gadis yang dikenalnya, yang sering belatih bersamanya.  Namun ia telah menjilma sebagai malaikat maut yang menakutkan lawan.

Geraknya lincah, gesit dan cepat.  Kekuatannya juga bertambah besar.  Setiap serangan lawan tak pernah dihindari. Bahkan jika serangan itu datang bersamaan, dengan tangkas ia menangkis dan menjatuhkan senjata lawan.

Awalnya Sekarsari juga terkejut, atas perkembangan ilmunya. Sejak ia bertempur dengan orang aneh itu, seolah olah dalam tubuhnya telah mengalir hawa sakti, yang dapat disalurkan untuk kepentingan apapun. Kini kekuatan baru itu ia gunakan untuk melibas lawan lawannya.

Sambaya dan Kartika di sayap kiri juga bisa bernafas lega. Keduanya bisa memusatkan perlawanannya kepada anak buah terpercaya Gagakijo.  Lawan-lawannya berulang kali mengum-pat karena goresan demi goresan mewarnai kulitnya.  Sedikit demi sedikit Sambaya dan Kartika mampu mendesak mereka.

Pertempuran yang sangat sengit adalah pertempuran Sembada melawan dua tokoh pemimpin pasukan musuh.  Dua orang itu telah memeras seluruh ilmu kanuragannya untuk menghentikan perlawanan Sembada.  Namun Sembada dengan ilmu peringan tubuh dan tenaga cadangan masih mampu melayani mereka.  Ia tidak akan mengelurkan daya sakti ilmu Tapak Naga Angkasa untuk menghadapi Gagakijo dan Landakabang.

Berulang kali Gagakijo dan Landakabang haus buru-buru meloncat mundur. Ketika cambuk Sembada memburunya. Namun kecepatan gerak Sembada di atas kecepatan gerak kedua lawannya. Tak urung ujung cambuk itu berhasil menyengat kulit lawannya.

Luka luka telah menganga, darahpun juga telah mengucur dari kedua tubuh lawan Sembada. Namun dengan keras hati mereka masih nekad bertempur. Harga diri mereka terluka, jika keduanya terkalahkan di depan anak buah mereka.

Tak terasa pertempuran di padang ilalang itu telah berjalan lama.  Di timur matahari telah bangun dari peraduannya. Cahayanya yang merah kekuningan telah menghiasi langit. Ayam jantanpun telah lelah berkokok, mereka telah turun dari kandangnya.

Pasukan penyerang kademangan Majaduwur telah jauh terdesak dari titik awal pertempuran.  Para pemimpinnya juga tak mampu menanggulangi lawan lawannya.  Bahkan di antara mereka ada yang terluka parah dan dibawa mundur ke belakang garis pertempuran. 

Macan Belang betina yang sudah tak mampu menahan amarah terhadap Sekarsari  kehilangan pengamatan diri.  Ia menyerang dengan membabi buta terhadap gadis kademangan itu.  Ketika tangannya yang jari-jarinya tersalut logam tajam itu menyerang Sekarsari tanpa perhitungan matang, Sekarsari mampu berkelit.  Pedangnya yang tajam ia gerakkan membelah lambung macan betina ganas itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun