Mohon tunggu...
Silvi Novitasari
Silvi Novitasari Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis Lepas

Penyuka kamu, buku, senja, dan keindahan. Sempat jadi orang yang ansos, tapi akhirnya jadi orang sosial lewat tulisan. Bahkan menjadi sarjana sosial :D

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Kenanga

27 November 2017   22:38 Diperbarui: 27 November 2017   23:31 1033
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Baguslah. Bunda mendukungmu. Mudah-mudahan dengan memperdalam bahasa, kamu akan mengerti pengetahuan sederhana tentang bahasa."

"Apa itu Bunda?"

"Bahasa itu terdiri dari kata-kata, maka kamu harus mengerti sifat kata-kata."

"Bagaimanakah sifat kata-kata?"

"Telah ditundukkan kepadamu kata-kata, berhati-hatilah kamu memeliharanya. Dia kendaraanmu tak ubahnya motor, dia alatmu tak ubahnya pisau. Kamu gunakan buat kebaikan, baik pula akan kamu dapatkan. Kamu gunakan buat keburukan, buruk pula akan kamu dapatkan. Dia pakaian, kepandaianmu memilih dan memakainya bisa jadi penentu naik turunnya derajat."

Sederhana dan datar, cara Bunda berkata. Harusnya aku ngantuk , namun tidak. Ini karena apa yang Bunda ucapkan itulah yang Bunda lakukan. Kalimat-kalimat meluncur perlahan, dengan tempo lambat yang enak didengar.

"Tatkala bahasa kamu gunakan buat kebaikan, maka yang paling pertama akan merasakan kebahagiaan bukan orang jauh melainkan orang terdekat. Sebaliknya saat bahasa itu kamu gunakan buat menyakiti, memaki-maki, maka yang paling pertama akan merasaakan sakitnya bukan orang jauh melainkan orang terdekat."

"Siapa orang terdekat itu, Bunda?"

"Diri kamu sendiri."

"Oh."

"Kamu lafadzkan ucapan kebaikan, kamulah yang paling pertama akan mencecap kebaikan. Kamu ucapkan kata-kata kebahagiaan kamulah yang paling pertama akan menikmat kebahagiaan. Kamu semburkan kata-kata pedas, kamu sendiri yang paling pertama akan menjilat pedasnya. Kamu muntahkan kata-kata menyakitkan, kamu sendiri orang paling pertama yang akan menuai sakitnya."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun