Masih terbayang jelas di benak 'Wong Langit' betapa menyakitkan kekalahan yang mereka rasakan dari Padepokan Benteng Nusa. Sekitar delapan tahun yang lalu, sepertinya sudah lama, namun suasana mengerikan dan menyakitkan itu masih terasa hingga sekarang.
"Ki Bajul, jaga mulutmu!" potong Ki Wiryo.
Ki Bajul membalas garang, "Kamu yang harus jaga mulut!"
Ki Wiryo akhirnya hanya mampu diam membisu. Batinnya terasa sakit. Dulu ketika dia masih menduduki jabatan sebagai demang, mereka semua itu tidak hanya hormat, bahkan sangat tunduk dan patuh. Tapi sekarang jangankan menghormati, mereka bahkan berani bersikap kurang ajar dan menentangnya.
"Bajul," sahut Ki Kalong Wesi datar, "Kamu diam?"
"Apa kita harus mematuhi anak kemarin sore yang sok pintar itu, Ki Kalong?"
"Tidak, tapi kamu harus patuhi perintahku untuk mendengarkan arahannya!" kata Ki Kalong tegas, "Kamu mengerti?" bentak Ki Kalong ketika dilihatnya Ki Bajul hanya diam seribu bahasa. "Baik, Dewan, lanjutkan uraianmu tadi!"
Mereka maklum bahwa perkumpulan Wong Langit itu memang sudah terlalu lama tinggal di dalam hutan di atas bukit, sehingga perilaku mereka sudah berubah seperti orang rimba saja. Tidak peduli lagi akan tata krama, bicara asal membuka mulut, masa bodoh apakah kata-kata itu menyinggung perasaan orang ataukah tidak.
Kemudian Dewan melanjutkan bercerita mengenai rencana yang telah dijalankannya untuk memecah-belah kekuatan Benteng Nusa. Kelompok Wong Langit mendengarkan dengan seksama dan dalam hati mereka mengagumi kecerdikan lelaki muda itu.
"Aku setuju rencana untuk menghabisi Mahesa dan Lastri lebih dulu!" sahut Ki Kalong. "Bangsat itu harus mati di tanganku!"
Semua orang tampak sepakat. Khusus bagi Ki Kalong, Mahesa dan Lastri adalah orang yang dianggap membunuh Si Iblis Betina. Bagi Warsito, Mahesa adalah orang yang merampas tunangannya dan menghancurkan impiannya. Bagi Ki Wiryo, Mahesa dan Lastri adalah orang yang bertanggung jawab atas kematian orang-orang kepercayaannya, Ki Panji, Cak Saidi, Juragan Bejo, Ki Bogel dan Pendekar Jeliteng Macan Kumbang. Dalam banyak hal terdapat persesuaian paham antara mereka. Mereka sama-sama menaruh dendam terhadap Benteng Nusa, terutama terhadap Mahesa dan Lastri.