Mohon tunggu...
TRI HANDOYO
TRI HANDOYO Mohon Tunggu... Novelis - Novelis

Penulis esai, puisi, cerpen dan novel

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Ikrar Sang Pendekar (95): Perkumpulan Wong Langit

24 Oktober 2024   09:37 Diperbarui: 24 Oktober 2024   09:38 874
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumen Tri Handoyo

"Mulai hari ini, kalian tidak boleh dulu keluar dari padepokan!" kata Arum kepada anak-anaknya, "Main di dalam saja ya!" Arum berpaling kepada suaminya dan mengatakan dengan tegas, "Batalkan dulu rencanamu untuk menemui tumenggung!"

Tidak berselang lama kemudian, Lintang tampak memanggil dan memberi arahan kepada beberapa murid senior.

"Kalau tidak bisa menangkap penjahat itu, jangan pulang!" teriak Arum dari teras rumah, "Atau aku sendiri yang akan turun tangan mencarinya!"

Tidak berselang lama, sekitar sepuluh orang kemudian mengambil kuda dan mereka memacu kuda keluar melewati pintu gerbang. Lintang Si Pendekar Pedang Akhirat, tampak melepas kendali kuda pada sebuah tambatan dan melompat ke punggung kuda lalu memacunya dengan cepat. Mereka berpencar.

Tanpa menemui kesulitan yang berarti, beberapa murid telah sampai di tempat yang ciri-cirinya disebutkan Raden Ghandi. Salah seorang dari mereka menemukan potongan-potongan tubuh yang dijadian rebutan sekawanan anjing hutan. Seonggok tubuh tanpa tangan dan kaki itu rusak, tercabik-cabik mengerikan dan tak bisa dikenali lagi.

***

Di atas bukit yang diselimuti kabut lembut, di tengah hutan belantara yang sunyi, pasti tidak ada yang menyangkah bahwa di tempat itu dihuni oleh sekelompok orang.

Sekelompok pendekar golongan hitam yang dengan sangat percaya diri menamakan kelompoknya 'Wong Langit'. Mereka adalah Pendekar Kalong Wesi, Pendekar Golok Maut, Pendekar Bajul Brantas, dan Pendekar Cebol. Di samping itu ada lima belas orang anak buah yang rata-rata memiliki kemampuan bela diri yang lumayan tinggi.

Pagi itu Ki Kalong Wesi tampak berlari cepat menaiki jalan berbatu yang menanjak. Pendekar Cebol agak ketinggalan sekitar sepuluh meter di belakang. Jauh lagi di bawah, tujuh orang tampak berjalan agak tertati-tati, karena disamping jalan berbatu itu menanjak, batu-batu itu juga licin karena ada mata air di atas yang mengalir turun melewatinya. Jalan rahasia yang sulit dan berbahaya.

Mereka baru pulang dari merampok. Mereka memiliki aturan apabila hari itu Ki Kalong Wesi dan Pendekar Cebol merampok di wilayah selatan Kota Jombang, tiga hari berikutnya Pendekar Golok Maut dan Ki Bajul Brantas yang giliran bertugas merampok di wilayah utara Kota Jombang. Apabila kelompok pertama ke wilayah barat, maka kelompok berikutnya ke wilayah timur. Dalam menjalankan aksinya pendekar-pendekar itu masih dibantu oleh tujuh atau delapan orang anak buah yang bagian mengusung harta hasil rampokan.

Kini mereka semua berkumpul mengerumuni sebuah peti kayu. Ketika dibuka, ternyata berisi barang-barang perhiasan berupa perak, emas dan batu-batu permata yang berkilauan, serta tumpukan kepingan uang logam. Lima puluh persen dari nilai harta itu dibagi rata untuk dua orang pendekar yang kerja, empat puluh persen dibagi rata untuk tujuh orang anak buah, dan sepuluh persen sisanya dibagi rata untuk dua orang pendekar dan delapan orang anak buah yang berjaga di markas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun