Ki Kalong Wesi terkesima mendengar penuturan pemuda rupawan yang menurutnya cukup berwibawa itu.
Dewan berdiri tegak dan diam-diam dia mengatur napas serta memulihkan tenaga di dalam tubuhnya, siap menghadapi pertempuran lagi kalau perlu. Dia memberanikan diri dan tetap tersenyum seakan-akan kejadian mengerikan tadi 'bukan apa-apa' baginya.
"Ha..ha..ha..!" Ki Kalong Wesi tertawa lebar, "Mari ikut saya! Hei kalian siapkan hidangan untuk tamu-tamu istimewa kita!" perintahnya kepada para anak buah.
Suasana kembali cair. Para anak buah Wong Langit sudah terlalu sering menyaksikan keanehan-keanehan di antara para juragan pendekar itu, sehingga mereka tidak begitu mempedulikan kejadian tadi.
Di tengah acara minum-minum, Ki Wiryo menyampaikan kepada Ki Kalong tentang rencana untuk membalaskan sakit hati mereka kepada Padepokan Benteng Nusa. Namun tanggapan Ki Kalong dan anak buahnya begitu dingin, tidak sesuai harapan.
"Itu yang kamu maksud kabar baik, Ki?" tanya Pendekar Cebol sinis.
"Dulu ketika Daha masih ada dan kita masih memiliki banyak anggota!" timpal Ki Bajul Brantas, "Kita kalah. Apalagi sekarang di saat Demak semakin kuat! Kamu pasti ngigau, Ki Wiryo!"
"Maaf!" Dewan memberanikan diri membela Ki Wiryo, "Kalau saat ini kita bertempur dengan mereka secara berhadap-hadapan, mungkin itu berat, tapi maksud Ki Wiryo kita gunakan siasat, nah tidak mustahil kalau nanti Benteng Nusa bisa dikalahkan!"
Ki Kalong tampaknya tertarik mendengar itu. Buktinya ia berpaling kepada Dewan dan wajahnya menyiratkan timbulnya harapan. "Siasat seperti apa?" Ia bertanya.
"Ki Kalong, Dewan keponakanku ini adalah seorang ahli strategi!" Ki Wiryo menambahkan, "Dia mantan komandan pasukan rahasia!"
"Dewan, kamu muncul baru kal ini dalam urusan pertempuran, tetapi kamu sudah membuka mulut besar bicara mengenai siasat?" teriak Ki Bajul Brantas. "Huh, kamu mau bersikap sebagai jagoan? Kamu dengar ya, dulu di jaman mendiang Prabu Dyah Ranawijaya ketika masih menjadi pejuang Daha, Ki Kalong bersama pasukan Tumenggung Legowo dan kami-kami ini sudah menjadi pejuang melawan pasukan Majapahit. Kamu tahu apa tentang siasat perjuangan? Kamu hanya datang dan enak-enak mendapatkan jabatan tinggi di pemerintah, sekarang sudah akan bersikap sombong menganggap diri sendiri paling ahli strategi!"