Mereka berdua, Bajul Brantas dan Pendekar Golok Maut bukan jagoan-jagoan pendatang baru. Siapa yang tidak mengenal nama besar mereka. Biasanya, setiap sabetan golok mereka akan melukai atau paling tidak mematahkan senjata lawan. Akan tetapi kali ini mereka salah duga.
Di sisi lain, Warsito dan Dewan, adalah darah muda yang memiliki jiwa menjunjung tinggi kegagahan, yang pantang meninggalkan gelanggang pertempuran dengan nyawa masih di tubuh. Mereka mengerahkan segenap tenaga dan segala kemampuan yang dimiliki untuk menghadapi kedua pendekar itu.
Pendekar Cebol kemudian seolah baru sadar dari lamunannya, dia kaget menyaksikan betapa kawan-kawannya yang ilmu goloknya sudah sempurna itu tidak berkutik menghadapi gempuran-gempuran anak-anak muda. Cepat saat tubuhnya berkelebat ke depan, kedua tangannya yang sangat berbahaya itu bagaikan kapak mengamuk menghajar Ki Wiryo.
"Berhenti semua!" Tiba-tiba terdengar teriakan yang mengagetkan semua orang.
Berturut-turut Ki Bajul Brantas terhuyung-huyung ke belakang, goloknya terpental entah ke mana, disusul Warsito yang tubuhnya terpelanting hingga tiga meter dan membentur sebuah pohon. Pendekar Golok Maut terpaksa berjumpalitan ke belakang sementara goloknya terlepas dan menancap di tanah, terpaksa ia melepaskan senjata karena saat tadi tertangkis sesuatu maka golok itu memantul balik ke arahnya. Sedangkan Dewan juga terdorong mundur ke belakang, tapi ia masih memegang pedangnya dengan kuat. Pendekar Cebol dan Ki Wiryo sama-sama tersungkur ke belakang. Mereka semua tampak memandang situasi yang kacau balau itu dengan wajah pucat, akibat diterjang dorongan atau tendangan yang sangat luar biasa cepatnya.
"Siapa yang tidak mau berhenti?" Ki Kalong berteriak lantang, "Kalian semua manusia-manusia tolol!"
Sebentar saja masing-masing pihak mundur dengan perasaan ngeri. Bukan main hebatnya sepak terjang Ki Kalong Wesi, Sang Ketua Perkumpulan Wong Langit itu. Sekarang dia tampak berdiri menghadapi mereka semua dengan mata berapi-api dan mukanya beringas sangat mengerikan.
"Ki Kalong Wesi! Syukurlah!" seru Ki Wiryo merasa lega, "Saya datang ingin menemui Ki Kalong Wesi, ada urusan penting yang ingin saya sampaikan! Saya membawa kabar baik!"
Yang sangat terkejut adalah Dewan. Ketika mendengar bahwa orang tua yang baru muncul itu adalah Pendekar Kalong Wesi, dia merasa semangatnya seakan terbang melayang meninggalkan raganya. Tentu saja dia sudah sering mendengar nama pendekar ganas itu. Meremang bulu tengkuknya seketika karena siapa kira sekarang dia berhadapan dengan manusia iblis yang sangat sakti.
Setelah beberapa saat hening, Ki Kalong kemudian menatap Dewan dan bertanya dingin, "Orang muda, kau hebat juga, bisa mengimbangi Pendekar Golok Maut. Siapakah namamu dan siapa gurumu? Sepertinya aku harus mencoba ilmu beladirimu!"
Dewan cepat membungkuk memberi hormat dan menjawab, "Syukurlah bahwa di sini saya bisa bertemu dengan pendekar besar Ki Kalong Wesi. Tentang riwayat saya bukanlah sesuatu yang menarik untuk diceritakan. Dibanding seorang pendekar besar seperti anda, mana berani saya yang muda dan tolol ini berlaku kurang ajar?"