Biasanya tidak pernah ada yang protes dengan pembagian hasil rampokan, tapi Ki Bajul yang ketika itu mengamati kalung dengan bandul batu kecubung yang melingkar di leher Pendekar Cebol, bertanya dengan nada curiga, "Aku sebelumnya tidak pernah lihat kamu pakai kalung, apa itu hasil semalam?" Tentu maksudnya ia minta benda itu juga dibagi.
"Bukan, aku menemukan ini di jalan dalam perjalanan pulang?" jawab Pendekar Cebol santai.
Ki Bajul mengangkat kedua telapak tangan seraya memalingkan wajah menatap Ki Kalong Wesi. Wajahnya menunjukan ia menuntut keadilan.
Ki Kalong Wesi bertanya dingin kepada Pendekar Cebol, "Siapa yang melihat kamu menemukan kalung itu?"
"Mungkin Panjul, dia tadi yang ada tepat di belakangku!"
"Panjul!" Ki Bajul memanggil dengan suara lantang mendahului Ki Kalong Wesi, "Benarkah apa yang dibilang Si Cebol, kau lihat dia menemukan kalung di jalan?"
"Be..benar..!" jawab Panjul agak gugup. "Tapi maaf, saya hanya melihat Pendekar Cebol mengambil sesuatu di jalan!"
"Kamu tidak tahu benda apa itu? Kalung atau apa?"
"Tidak!"
"Hm.., berarti..!" Sebelum Ki Bajul menyelesaikan kaliimatnya, Si Cebol memotong cepat.
"Bajul, kalau kamu tidak percaya, aku siap melayani apa pun kemauanmu! Jangan dipikir aku takut sama kamu!"