Papa menoleh dan melihat ke arah tanganku yang memegangi beberapa pensil warna. Papa berjanji akan membelikan pensil warna baru untukku. Aku pun kembali bersemangat dan tersenyum gembira.
Aku lalu ikut menonton televisi bersama papa. Kami menonton film komedi yang mengocok perut. Kami memang suka menonton film yang lucu. Suasana menonton semakin asyik dengan ditemani camilan kacang dan jagung rebus. Tertawa bersama papa adalah waktu yang paling membahagiakan.
Aku sedang membolak-balikkan halaman buku ceritaku. Buku dongeng tentang legenda wisata di Bangka Selatan. Aku sangat menyukai kisah-kisahnya yang menarik. Aku paling suka kisah Bang Belim dan Ko Abing yang lucu sekaligus mengharukan.
Terdengar olehku bunyi kendaraan papa memasuki halaman rumah. Aku segera meletakkan buku ceritaku dan menyambut papa yang baru pulang. Papa mencium keningku dan mengajakku duduk di sofa. Ia mengeluarkan sesuatu dari tas kerjanya.
"Ini pensil warna baru buat Dedek!" papa menyodorkan sekotak pensil warna baru untukku.
"Terima kasih, Pa! Dedek senang sekali! Sekarang dedek bisa mewarnai dengan baik!"
Kami pun melanjutkan dengan makan malam bersama.
Hari perlombaan mewarnai pun tiba. Kegiatan lomba itu merupakan bagian dari rangkaian Festival Kemilau Pesona Bangka Selatan. Sebuah festival tahunan untuk memeriahkan Hari Jadi Kota Toboali tercinta. Kota kelahiranku ini sudah berumur ratusan tahun.
 Peserta lomba cukup banyak jumlahnya. Ada beberapa teman sekolahku juga ikut serta. Para peserta membawa peralatan mewarnai dan meja kecil yang dapat dilipat. Kami semua memakai pakaian seragam olah raga asal sekolah masing-masing.
"Hallo, Raisya! Pita rambutmu bagus sekali!" aku memuji hiasan kepala Raisya yang bercorak Tudung Saji mini.
"Iya, Elgrass! Mamaku baru membelinya kemarin supaya aku mau ikut lomba mewarnai. Hahahaha...!" Raisya berkata sambil tertawa.