Ketika seseorang mampu mengintegrasikan rasionalitas reflektif dan rasionalitas akomodatif, hasil akhirnya adalah sikap situasional, yaitu kemampuan untuk bertindak sesuai dengan konteks atau keadaan tertentu. Sikap ini bersifat:
- Fleksibel: Tidak terikat pada satu pola pikir atau tindakan yang kaku.
- Adaptif: Responsif terhadap perubahan lingkungan, baik secara fisik maupun sosial.
- Relatif: Menyesuaikan tindakan berdasarkan kondisi nyata yang sedang terjadi.
Ki Ageng menggambarkan konsep ini melalui metafora atau satire, seperti:
- Pedagang: Harus pandai membaca kebutuhan pasar dan memahami karakter pelanggan.
- Murid sekolah: Menyesuaikan cara belajar berdasarkan lingkungan belajar dan guru yang mengajar.
Hal ini juga tercermin dalam ungkapan sadoyo agami sami mawon (semua agama itu sama). Artinya, dalam memahami keberagaman keyakinan, seseorang perlu melihat esensi yang mendasari setiap agama, yaitu mencari kebenaran, kedamaian, dan kebahagiaan, daripada terpaku pada perbedaan permukaan. Pemikiran Ki Ageng Suryomentaram tentang rasionalitas reflektif, akomodatif, dan situasional mengajarkan bahwa kehidupan tidak hanya memerlukan logika, tetapi juga rasa, empati, dan kemampuan untuk beradaptasi. Dengan menerapkan prinsip ini, seseorang dapat menjalani kehidupan yang lebih harmonis dan penuh makna di tengah tantangan dunia modern.
Rasionalitas dan Pendekatan Situasional
Pemikiran Ki Ageng bertumpu pada dua jenis rasionalitas:
- Rasionalitas Reflektif
Memanfaatkan akal budi, rasa, naluri, dan intuisi untuk memahami kehidupan.
- Rasionalitas Akomodatif
Kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan situasi, menciptakan pendekatan yang fleksibel dan bijaksana.
Makna Filosofi Enam "SA" di Kehidupan Modern
Filosofi Enam "SA" karya Ki Ageng Suryomentaram memberikan panduan bagi manusia untuk hidup lebih bijaksana dan seimbang di tengah tantangan kehidupan modern. Ajaran ini mengajarkan kita untuk fokus pada kebutuhan yang esensial, hidup sesuai kemampuan, dan menghindari gaya hidup berlebihan yang sering kali menjadi sumber stres.
Dalam kehidupan modern yang penuh tekanan, Filosofi Enam "SA" relevan untuk mengingatkan pentingnya merasa cukup dengan apa yang dimiliki, bersikap jujur dalam bertindak, dan menerima kenyataan hidup tanpa mengeluh. Filosofi ini membantu seseorang menemukan kebahagiaan sejati yang tidak bergantung pada materi atau status sosial, tetapi pada kedamaian batin dan kesadaran diri.