Makna: Meri adalah rasa iri terhadap kebahagiaan, kesuksesan, atau keberhasilan orang lain. Sifat ini mencerminkan ketidakpuasan atas diri sendiri dan kegagalan untuk bersyukur.
Akibat:
- Menimbulkan konflik batin dan rasa tidak tenang.Â
- Mendorong tindakan negatif, seperti menjelekkan orang lain atau memanipulasi situasi.
Solusi:
- Ki Ageng mengajarkan untuk fokus pada sa-butuhne dan sa-perlune (kebutuhan yang mendasar) tanpa membandingkan diri dengan orang lain.
- Mengembangkan rasa syukur atas apa yang dimiliki dan menyadari bahwa kebahagiaan sejati tidak bergantung pada hal-hal eksternal.
2. Pambegan (Sombong)
Makna: Pambegan adalah sikap sombong atau merasa diri lebih tinggi dibandingkan orang lain. Sifat ini sering muncul dari pencapaian, kekuasaan, atau harta benda yang dimiliki.
Akibat:
- Memutus hubungan sosial karena sikap merendahkan orang lain.
- Menyebabkan kejatuhan diri karena lupa pada keterbatasan manusia.
Solusi:
- Menyadari bahwa semua keberhasilan adalah sementara dan tidak abadi (mulur mungkret).
- Mengembangkan sikap rendah hati (andhap asor), menghormati orang lain, dan mengingat bahwa semua manusia pada dasarnya setara.
3. Getun (Kecewa terhadap Keadaan yang Terjadi)
Makna: Getun adalah rasa penyesalan atau kekecewaan mendalam terhadap sesuatu yang telah terjadi. Sifat ini muncul karena seseorang tidak mampu menerima kenyataan.
Akibat:
- Menghambat proses penyembuhan emosi dan kemajuan hidup.
- Memperkuat sikap pesimis dan menghilangkan motivasi.
Solusi:
- Belajar dari pengalaman tanpa terus-menerus terjebak dalam rasa penyesalan.
- Memahami bahwa semua peristiwa memiliki hikmah, sesuai dengan ajaran Ki Ageng tentang menerima situasi dengan pangawikan pribadi.