Mohon tunggu...
Tiara Margaretta
Tiara Margaretta Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa/S1 Akuntansi/Fakultas Ekonomi Bisnis/Universitas Mercu Buana

Halo semua, Saya Tiara Margaretta Sihotang, NIM (43222010086) S1 Akuntansi di Universitas Mercu Buana Dosen Pengampu : Apollo, Prof. Dr, M.Si.Ak Mata kuliah : Pendidikan Anti Korupsi dan Etik UMB

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Kebatinan Ki Ageng Suryomentaram Pada Upaya Pencegahan Korupsi dan Transformasi Memimpin Diri Sendiri

26 November 2024   22:57 Diperbarui: 26 November 2024   22:58 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ki Ageng Suryomentaram yang selalu menggunakan kain batik motif parang rusak barong di lehernya sebagai simbol perlawanan. (Kawruhjiwo.blogspot)

3. Menerima segala situasi dengan kesadaran bahwa rasa manusia adalah sama, yaitu sesuai dengan prinsip Enam SA.

Hal ini membawa manusia pada kehidupan yang lebih damai, selaras, dan tidak terjebak dalam penderitaan akibat ambisi atau kekecewaan.

canva diolah pribadi
canva diolah pribadi

Konsep Sikap Tabah (Stoic Indonesia): "Menungso Tanpo Tenger"

   Konsep "Sikap Tabah" atau Stoicism versi Ki Ageng Suryomentaram, yang sering disebut dengan istilah "Menungso Tanpo Tenger" (Manusia Tanpa Ciri), mencerminkan filosofi Jawa yang mengajarkan ketabahan, ketenangan, dan kebijaksanaan dalam menghadapi segala keadaan hidup. Berikut adalah penjelasan lengkapnya:

1. Makna Sikap Tabah dalam Filosofi Jawa

Tabah berarti kemampuan seseorang untuk tetap tenang, tidak mudah terguncang, dan menerima segala situasi—baik senang maupun susah—dengan hati yang lapang. Sikap ini mengandung nilai bahwa kehidupan penuh dengan perubahan, seperti suka dan duka, keberhasilan dan kegagalan. Seseorang yang memiliki stoic mindset tidak akan larut dalam kesedihan maupun euforia kebahagiaan, tetapi mampu menjaga keseimbangan emosinya. Stoicism versi Indonesia ini selaras dengan ajaran Ki Ageng Suryomentaram, yang menekankan bahwa manusia harus bisa melepaskan diri dari keterikatan terhadap kesenangan duniawi atau penderitaan.

2. "Menungso Tanpo Tenger" (Manusia Tanpa Ciri)

Makna Harfiah: Menungso tanpo tenger secara harfiah berarti "manusia tanpa tanda" atau "tanpa ciri khas."

Makna Filosofis:

  • Manusia yang tidak menunjukkan ciri-ciri kelekatan pada keadaan duniawi, seperti rasa bangga berlebihan atas jabatan, kekayaan, atau status sosial.
  • Seseorang yang tanpo tenger adalah pribadi yang netral, tidak memihak atau terjebak dalam keinginan-keinginan duniawi yang berlebihan.
  • Sikap ini menunjukkan kematangan jiwa, di mana seseorang tidak mudah terpengaruh oleh penghargaan, hinaan, atau situasi eksternal lainnya.

3. Nilai Utama dari Sikap "Menungso Tanpo Tenger"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun