Kali ini aku akan memancarkan konsentrasi penuh.
Kelebihanku darinya ada di kepalaku.
Sang Otak, mereka menyebutnya.
Aku belum selesai berpikir ketika sebuah sayatan mengguncang dari belakang.
Punggungku terasa sakit, seperti ditusuk bara api.
Aku tersungkur.
Kesakitan mulai menggelayuti tubuhku.
Inikah takdir yang kejam ini?
Aku akan kalah di sini?
Aku menengadahkan kepalaku.
Di hadapanku hadir sosok kakakku.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!