Aku menaiki tangga candi, melewati banyak candi -- candi kecil yang menghiasi langkahku di kiri kanan.
Sungguh dahsyat candi Siwa ini.
Tinggi sekali, tiang dan menara di Pelabuhan Musi pun kalah tinggi.
Puncaknya melancip, seperti halilintar saja.
Aku bersujud di hadapannya.
Di kiri kananku orang -- orang sibuk berkelahi, tidak ada yang memerhatikanku.
Aku mengucap syukur.
Mari kita kembali ke arah selatan, ke tempat kapal berada.
Namun niatku terhalangi.
Seseorang mengacungkan pedangnya kepadaku, menghalangiku untuk berjalan turun.
Badannya kekar.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!