"Kalau begitu, jangan lupa ambil sisa uangnya."
"Siap, Bos."
(Hal. 104-105)
Dari penggalan percakapan di atas, sekilas dapat disimpulkan bahwa keduanya yakni tokoh Om Rudy dan bosnya sedang melakukan proses transaksi pembayaran dari penjualan organ yang telah mereka kerjakan. Sejenak, jika dipikirkan percakapan keduanya menandakan telah jatuhnya seorang korban dari perdagangan organ yang telah mereka lakukan. Bagaimana tidak, jika seorang anak kehilangan jantungnya, sebagai ganti takada lagi organ yang mampu memompa darah dalam tubuhnya sehingga mungkin saja pendonoran ilegal ini dapat berakibat fatal bagi kehidupan pendonor, bahkan dapat berakhir kematian.
Oleh sebab itu, jarang sekali atau mustahil dapat ditemukan orang yang mau mendonorkan jantungnya karena hal itu sama saja dengan memberikan nyawanya kepada orang lain. Terlepas dari itu semua, percakapan di atas juga bermaksud untuk memberikan pemaparan hikmah dalam rangka mengedukasi pembaca tentang pasar gelap penjualan organ anak yang sangat marak terjadi Indonesia.Â
Kasus seperti ini biasanya sering kali menjadikan anak jalanan, yatim piatu, dan anak-anak terlantar lainnya sebagai sasaran korban untuk keuntungan satu golongan semata. Di lain sisi, ada oknum-oknum tidak bertanggung jawab yang menuai uang dan kekayaan dari kejahatan kemanusian yang mereka lakukan, namun di sisi lain ada segelintir orang yang menderita karena menjadi korban dari penjualan organ ilegal yang merenggut nyawa.
Pada dasarnya, Novel Surat Kecil Untuk Tuhan seri terbaru ini mengisahkan kisah pilu kakak beradik yang harus hidup yatim piatu semenjak kepergian ayah bundanya yang mengalami kecelakaan. Pada awalnya, penulis Agnes Davonar mengawali kisah dengan memperlihatkan respon kedua kakak beradik ini setelah mendengar berita meninggalnya kedua orang tua mereka. Hal ini tercantum jelas dari kutipan di bawah ini yang menyatakan pengenalan situasi tokoh Anton dan Angel.
Anton menangis sejadi-jadinya. Angel yang tak mengerti keadaan, menjadi panik dan ikut menangis keras. Rasa sedih sekaligus kecewa terhadap apa yang terjadi membuat Anton merasa tak bisa menerima kenyataan. Ayah dan ibu mereka berjanji untuk kembali dan berkumpul bersama mereka. Walau baru berusia 9 tahun, ia tahu apa arti kehilangan. Kini, ia hanya bisa menatap Angel dengan penuh kesedihan, sebab satu-satunya yang ia miliki kini hanyalah sang adik tercinta. (Hal. 7)
Dalam bagian ini, penulis memperkenalkan situasi yang menjadi awal perubahan kehidupan Angel dan Anton. Kepergian kedua orang tua mereka sepertinya menjadi sebuah momentum yang amat bersejarah dalam kehidupan keduanya. Status mereka yang berubah menjadi yatim piatu juga turut merangsang terjadinya perubahan yang sangat signifikan, baik secara fisik maupun psikis dan mempersulit hidup mereka dalam mengarungi kehidupan tanpa adanya naungan pendorong jasmaniah maupun batiniah dari orang tua tercinta.
Cerita ini pun kemudian dilanjutkan. Tak berlangsung lama setelah kepergian kedua orang tuanya, kedua kakak beradik ini akhirnya jatuh ke pangkuan bibi dan pamannya. Mereka berpindah tangan dan diasuh oleh keluarga keduanya ini yang tinggal di Bekasi. Sambil membantu Bibi, mereka berjualan kue di pasar.
Anton sang kakaklah yang banyak bekerja menemani Bibinya, sedangkan Angel sang adik berada di rumah bersama pamannya. Namun, nasib belum juga berpihak baik pada dua anak ini, Angel yang kerap diperlakukan taklayak oleh pamannya yang suka mabuk dan berjudi, selalu menempatkan Angel sebagai tempat pelampiasan dan siksaan atas segala masalah yang menimpanya.Â