Mohon tunggu...
taufiq candra
taufiq candra Mohon Tunggu... Freelancer - Saya adalah mahasiswa di salah satu universitas swasta di Jakarta.

Saya menulis di kompasiana dalam rangka untuk belajar bagaimana menulis yang baik dan menginspirasi orang lain.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Potret Jeritan Syair Anak Jalanan

28 Februari 2018   19:05 Diperbarui: 1 Maret 2018   11:58 993
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Lalu Adik mau makan apa?"

"Adik mau makan ayam goreng."

Cuma itu saja, nggak mau yang lain? Nanti kalau ayah dan ibu pulang, mereka bakal bawa ayam ditambah ikan lele sama sambelnya yang enak loh."

"Adik mau! Mau juga ditambah sama tahu, Kak. Bilangin sama ayah dan ibu ya...," kata Angel penuh manja dengan suaranya yang masih sedikit cadel.

"Iya...iya...makanya Adik tahan dulu ya. Kita harus rapiin rumah dulu. Nanti kalau ibu dan ayah pulang, kan mereka tidak perlu capek-capek beresin banjir karena bocor." (Hal. 3)

Uang itu kemudian sebagian ia belikan coklat atau jajanan untuk diberikan pada Angel saat pulang. Bila Anton pulang dengan coklat dan manisan, Angel akan begitu gembira dan suka cita menyambut setelah sekian lama menunggu di rumah. (Hal. 9)

Sang kakak pun menyelimuti adiknya dengan selimut agar malam yang dingin terasa hangat di tubuh Angel. (Hal. 11-12)

Selanjutnya, tokoh terakhir yang juga menjadi pusat perhatian adalah Wira alias Martin yang berperan sebagai teman masa kecil Angel dan kakaknya Anton. Wira alias Martin ini juga merupakan calon suami Angel sekaligus sebagai penerima jantung dari jantungnya Anton. Martin digamabrkan sebagai sososk yang sederhana dan bijaksana. Hal ini bisa uraian percakapan di bawah ini.

"Aku sangat menyesal. Kalau saja aku tahu semua ini. Jantung ini...aku tidak pantas menerimanya." (Hal. 213)

"Aku ingat.... Terima kasih...terima kasih untuk semua ini, Angel. Terima kasih telah bebesar hati menerima kenyataan ini. Aku tidak akan pernah tahu tentang hidupku yang sebenarnya ini...." (Hal.214)

Sekilas, jika diperhatikan dari setiap tutur kata yang dikeluarkan oleh Martin tergambar bagaimana karakter Martin ini sebenarnya. Martin dalam cerita ini bukanlah sosok biasa, namun dia adalah tokoh yang pantas mendapat acungan jempol. Selain tutur katanya yang sopan, tokoh ini mampu memberikan kehangatan dan kenyamanan bagi sekelilingnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun