Mohon tunggu...
taufiq candra
taufiq candra Mohon Tunggu... Freelancer - Saya adalah mahasiswa di salah satu universitas swasta di Jakarta.

Saya menulis di kompasiana dalam rangka untuk belajar bagaimana menulis yang baik dan menginspirasi orang lain.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Potret Jeritan Syair Anak Jalanan

28 Februari 2018   19:05 Diperbarui: 1 Maret 2018   11:58 993
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lain halnya tokoh dan perwatakannya, lain pula dengan sudut pandang. Dalam novel karya Agnes Davonar ini pengarang menggunakan sudut pandang orang ketiga pengamat, seperti yang dilansir pada kutipan yang satu ini.

Mereka berdua sungguh bersemangat karena ketukan itu pertanda kedua orangtua mereka telah kembali. Adik berteriak gembira mnyebut nama ayah dan ibu mereka. (Hal. 5)

Om Rudy lalu menjelaskan mengapa ia meminta sumbangan duit anak-anak yang pergi tadi pagi dan baru kembali malam hari. (Hal. 43)

Jika diperhatikan, novel ini menggunakan sudut pandang orang ketiga pengamat dalam menemani pembacanya. Dalam sudut pandang ini tokoh 'Om Rudy' diperlihatkan secara terbatas, dia mahatahu namun pengarang di sini hanya bertugas melukiskan apa yang dilihat, didengar, dialami, dipikir, dan dirasakan oleh tokoh cerita yang terbatas hanya pada salah seorang tokoh saja atau terbatas dalam jumlah yang sangat terbatas. Tokoh cerita mungkin saja cukup banyak, yang juga berupa tokoh 'Om Rudy', namun mereka tidak diberi kesempatan untuk menunjukkan sosok dirinya seperti halnya tokoh pertama.

Dari rilisan kedua Surat Kecil Untuk Tuhan ini, jika dilihat dari isi cerita, gaya penulisan, dan teknik penyampaian berbagai peristiwa pada novel ini terdapat suatu kecenderungan yang dilakukan oleh pengarang dalam memberikan efek penekanan tema dalam mengukuhkan posisi anak jalanan sebagai kaum yang terinjak dan tersiksa yang mana salah satunya bisa dilihat dari kutipan di bawah ini.

Angel yang terlalu gembira membayangkan segarnya es krim, berlari menyebrang tanpa menoleh kiri-kanan. Ia tak menyadari ada sebuah mobil melaju dengan kencang. Mendadak terdengar suara teriakan Angel, yang membuat Anton terkejut dan menoleh ke arah adiknya pergi tadi. Ia langsung menyadari apa yang terjadi, Angel tertabrak mobil. (Hal. 87)

Dari kutipan di atas, tampaknya ada sebuah subjektivitas yang secara tidak sengaja terbangun dari penggambaran kisah yang dilakukan oleh pengarang. Dari penggalan tersebut, sepertinya pengarang ingin memperlihatkan bagaimana perbedaan kehidupan yang harus dihadapi anak-anak jalanan jika dibandingkan dengan sebagian anak pada umumnya. 

Dari paragraf tersebut pula, tampak bahwa tokoh Angel sangat gembira membayangkan es krim yang akan sebentar lagi dinikmatinya hingga tanpa sadar ia tertabrak oleh mobil. Padahal jika dipikirkan terkadang es krim merupakan hal sederhana dan biasa pada anak-anak umumnya. Namun lain halnya Angel yang menjadi representasi anak jalanan dari kisah ini. 

Angel sangat jarang sekali menikmati manisnya sebuah es krim hingga ketika dia memiliki es krim maka hal tersebut dapat menstimulsi rasa senang yang mendalam bagi Angel. Selain itu, kepedihan dari cerita juga terjalin melalui penggalan tersebut dengan penggambaran bagaimana sebuah pencapaian yang berada di depan mata, akhirnya kabur dalam sebuah petaka.

Berbeda dengan novel-novel sebelumnya, novel Surat Kecil Untuk Tuhan seri kedua ini tak mengakhiri kisahnya dengan sebuah kematian tokoh pria pada ending ceritaseperti yang terjadi pada novel-novel buatan Agnes Davonar sebelumnya. Siapa sangka bahwa semua ini terjadi karena pesan yang disampaikan oleh seseorang yang bermakna dalam kehidupan penulis khususnya bagi kehidupan Agnes. Orang tersebut adalah mantan Agnes yang meminta agar novel terbarunya nanti jangan menggunakan kematian tokoh pria sebagai ending. 

Hal ini disampaikan oleh pria tersebut sebelum akhirnya kematian menjabangi orang tersebut di saat proses pembuatan novel ini baru 20 persen. Oleh sebab itu, hal tersebutlah yang akhirnya mengubah pikiran pengarang dalam menyajikan karangannya. Selain itu, nama tokoh utama pria yakni Wira pada kisah novel ini diambil dari nama pria yang telah tiada tersebut. Hal ini dapat dilihat dari paragraf di bawah ini yang menunjukkkan bahwa tokoh utama pria dalam cerita tidak meninggal dan berakhir dengan kegembiaraan seperti dapat dilihat dari penggalan berikut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun